DKI Jakarta

Lebaran Sebentar Lagi

Pagi ini di Stasiun Kereta Api Tanah Abang, semua berebut ingin mudik. Kardus-kardus dijinjing setinggi kepala, anak-anak digendong, para bapak berbaris menghadap loket karcis untuk mendapat tumpangan menuju kampung halaman. Pemandangan ini terjadi setiap tahun menjelang lebaran, terutama di saat H-3 seperti hari ini.

Pemandangan menjelang Lebaran di Stasiun Kereta Api Tanah Abang

“Perhatian kepada seluruh calon penumpang…”

Tiba-tiba sebuah pengumuman tentang tiket kereta yang telah habis terdengar dari speaker stasiun. Dan beberapa orang lemas mendengarnya.

Sementara itu di pelataran stasiun, para penumpang yang sudah mendapat tiket menunggu dengan sabar. Mereka duduk sejajar dengan kardus oleh-oleh yang tidak bisa aku ketahui isinya satu per satu. Diantara barang-barang yang dibawa oleh mereka, ada satu yang cukup membuatku kaget, yaitu televisi 21 inch yang dibungkus kain.

Menurutku keadaan di stasiun cukup aman, walaupun tidak tertib. Mungkin karena pengaruh penjagaan para Polisi yang bertugas di area stasiun, mereka tergabung dalam Pos pengamanan Operasi Ketupat Jaya 2011. Untuk menjaga ketertiban di area stasiun, beberapa anggota Pramuka juga dikerahkan. Misalnya dalam mengatur jalur tangga naik-turun di stasiun. Namun, beberapa orang terlihat mengabaikan para anggota Pramuka, mungkin karena mayoritas mereka terdiri dari siswa SMA, yang dianggap tidak ‘menakutkan’.

Pos Pengamanan Operasi Ketupat Jaya 2011

Pemandangan di Stasiun Tanah Abang itu aku saksikan ketika akan menuju Pasar Tanah Abang. Hari ini aku berniat untuk menemani ibu berbelanja perlengkapan Lebaran di Pasar Tanah Abang.

Jalan menuju Pasar Tanah Abang dipadati calon pembeli

Ternyata keadaan Pasar Tanah Abang tak jauh berbeda dengan yang kulihat di stasiun. Padahal menurut ibuku, yang juga seorang penjual di Tanah Abang, hari ini banyak pedagang yang memutuskan untuk menutup tokonya. Alasannya cukup beragam, ada yang memilih untuk tutup karena stok barang mereka sudah habis terjual; karena ikut-ikutan dengan pedagang lain yang sudah menutup toko; ada pula karena ingin menghindari banyaknya pengemis yang meminta-minta. “Pengemis tambah banyak, gak dikasih rasanya gak enak, jadi mendingan tutup aja,” begitulah menurut salah satu pedagang. Memang aku sendiri merasakan jumlah pengemis bertambah menjelang Lebaran, tidak hanya di tempat-tempat perbelanjaan seperti pasar, tapi juga di kendaraan umum dan di trotoar jalan.

Sebagian toko terlihat tutup

Kembali ke keadaan pasar Tanah Abang. Keramaian selalu terlihat seluas mata memandang. Aku jadi teringat sebuah lirik lagu kanak-kanak milik Dea Ananda tentang Lebaran “Baju baru Alhamdulillah, ‘tuk dipakai di Hari Raya”. Lirik itu sepertinya memang abadi sepanjang masa, karena setiap tahun tradisi belanja baju baru untuk Lebaran memang masih dilakukan oleh mayoritas masyarakat. Termasuk aku. Namun, belanja baju Lebaran di Tanah Abang tahun ini tidak semenyiksa tahun-tahun sebelumnya. Karena Pasar Tanah Abang kini sudah semakin nyaman sejak ditambah fasilitas AC dan tata ruang yang lebih moderen. Terutama di Blok A dan Blok B.

Blok B Tanah Abang

Blok A Tanah Abang diresmikan pada tahun 2007 dengan jumlah 6000 kios. Sedangkan Blok B baru diresmikan pada 2010 lalu dengan jumlah 5000 kios dan ditujukan khusus untuk belanja grosir. Dua blok baru ini semakin mengukuhkan Pasar Tanah Abang sebagai pusat grosir terbesar di Asia Tenggara.

Sambil berbelanja, aku bertanya pada ibuku tentang tren mode Lebaran yang sedang menjamur di Tanah Abang. “Sekarang yang sedang tren di sini baju Gamis Maroko, Jilbab Anna Sui, dan aksesoris Syahrini,” begitu ujar ibuku. Mendengar penjelasan itu, aku merasa bingung sendiri. Ternyata, yang dimaksud dengan Gamis Maroko adalah model gamis dengan payet dan batu manik-manik beraneka jenis, mirip dengan pakaian para raja dan ratu yang terlihat sangat mewah. Harganya sekitar 100 ribu hingga 300 ribu rupiah. Namun, tentang jilbab Anna Sui, ibuku sendiri tidak mengerti kenapa dinamakan seperti itu, begitu juga beberapa pedagang yang aku tanyakan. Setahuku Anna Sui adalah seorang perancang busana, parfum, dan kosmetik dari Amerika.

Salah satu toko yang menjual Gamis Maroko

Sedangkan yang dimaksud dengan aksesoris Syahrini adalah cincin dengan batu-batu permata imitasi dan kalung-kalung berukuran besar, seperti yangs sering dikenakan oleh penyanyi Indonesia tersebut saat tampil di pentas maupun acara televisi. Media memang memiliki efek yang begitu luas, salah satunya ke wilayah ekonomi. Menurut penjual emas di Tanah Abang, mereka banyak kehilangan pelanggan, karena saat ini orang lebih banyak memilih untuk berbelanja aksesoris seperti yang digunakan oleh Syahrini dibandingkan harus membeli emas yang harganya semakin mahal. Di sisi lain, fenomena ini menjadi keuntungan tersendiri bagi para penjual aksesoris, karena tahun ini barang dagangan mereka laris manis terjual. Beberapa pedagang juga memanfaatkan fenomena ini untuk ‘berganti aliran’, yang semula berdagang baju kini memilih untuk berdagang aksesoris.

Memang, seiring bertambah luas area Pasar Tanah Abang, para pedagang juga harus memutar otak untuk tetap dapat bersaing dengan para pedagang lainnya. Apalagi dengan semakin nyamannya area Blok A dan Blok B Tanah Abang. Kesenjangan antara pedagang kaki lima dengan pedagang yang memiliki kios berpuluh-puluh juta pun semakin jauh. Dan hari ini, di saat banyak pedagang yang memiliki toko memilih untuk mulai menutup toko dan menikmati libur Lebaran, para pedagang kaki lima semakin menyaringkan suaranya untuk mengundang pembeli, “Murah! Murah! Murah! Dua lima, dua! Dua lima, dua!”

About the author

Avatar

Mira Febri Mellya

Perempuan kelahiran Jakarta pada tanggal 22 Februari 1990 ini telah menyelesaikan studi strata satu di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta. Sebelumnya ia telah aktif sebagai fasilitator program worskhsop akumassa di beberapa kota bersama komunitas dampingan. Sekarang ia menjadi wartawan aktif di majalah Gatra.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.