Pemenang - Lombok Utara, NTB

Kue Batun Bedil

Karang Subagan adalah suatu dusun yang terletak berdekatan dengan Bangsal dan berada di kaki bukit. Karang Subagan merupakan pusat perdagangan di wilayah Pamenang karena terdapat Pasar Pamenang di dusun ini.

Kue Batun Bedil siap disantap

Kue Batun Bedil siap disantap

Di salah satu sudut Dusun Karang Subagan, terdapat seorang ibu yang mencoba mempertahankan hidup dengan berjualan di pasar sebagai pembuat Kue Batun Bedil, bernama Ibu Istiari. Ia membuat kue ini untuk dijual ke Pasar Pemenang agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya bersama anak-anaknya sehari-hari.

Biasanya, pagi hari kami nganggur di depan rumah dan kue yang biasa menemani kami adalah Kue Batun Bedil buatan Ibu Istiari, ibuku sendiri.

Menjanda tidak menyurutkan semangatnya untuk hidup dan membiayai hidup dan membantu proses masa depan anaknya. Suaminya telah meninggal sekitar 5 tahun silam, tepatnya pada tahun 2006, meninggalkan enam orang anak, empat laki-laki dan dua perempuan. Anak pertama dan keduanya telah menikah, dan anak yang keempat sudah menjadi Guru Negeri sejak tahun 2008 dan ditugaskan mengajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Aikmel, Lombok Timur yang tempatnya cukup jauh dari kampung halamannya di Lombok Utara. Anaknya yang ke lima masih kuliah di IKIP Mataram dan yang paling bungsu masih duduk di bangku kelas 2 SMAN 1 Pemenang. Sedangkan aku sebagai anaknya yang ketiga masih aktif menjadi ‘Pengacara’ alias pengangguran banyak acara. Salah satu agenda hidup ku yaitu membantu ibu membuat Kue Batun Bedil.

Dulu sebelum berjualan Kue Batun Bedil, almarhum suaminya adalah seorang petani dan peternak sapi. Sawah yang digarap bukan milik sendiri melainkan milik orang lain yang digadai ataupun Beli Taonan (dibeli secara tahunan). Namun mengingat suaminya yang telah tiada, kini ia berusaha menafkahi anak-anaknya dengan berjualan Batun Bedil. Dan semangat itu ternyata tidak hanya mimpi di siang bolong, dengan ketekunan dan ketelatenannya lewat usaha ini, ia mampu membawa anaknya sampai perguruan negeri.

kelapa yang sudah diparut untuk campuran adonan kue

kelapa yang sudah diparut untuk campuran adonan kue

Sore ini langit di Kecamatan Pemenang terlihat begitu cerah. Suara Adzan Asyar baru beberapa menit lalu mengalun di langit-langit Pemenang. Bu Istiari pun keluar rumah dan mulai mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk membuat Kue Batun Bedil, mulai dari mencari kelapa dan kayu bakar. Kadang-kadang kelapa dan kayu bakar ia dapatkan dari kebunnya, jika ia tidak dapat membeli di pasar atau dari para masyarakat yang tinggal di kebun. Selain kelapa dan kayu bakar bahan yang dipersiapkan yaitu tepung beras, tepung ketan hitam, gula merah, garam dan minyak kelapa. Biasanya ketika sore hari ia sekedar mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat kue tersebut. Sedang untuk proses pembuatannya ia mulai keesokan paginya.

Gula merah, untuk melumuri Kue Batun Bedil

Gula merah, untuk melumuri Kue Batun Bedil

Pembuatan Kue Batun Bedil mulai dikerjakannya dari jam lima pagi. Mulai dari mencampur bahan-bahan menjadi adonan, hingga siap dijual ke Pasar Pemenang. Berangkat ke pasar paling lambat sekitar jam sembilan pagi. Ada juga para pembeli yang langsung datang ke rumah untuk membeli, karena tidak sabar menunggu di pasar. Kebetulan lokasi Ibu pembuat Kue Batun Bedil ini tidak jauh dari pasar. Waktu berjualan paling lama sampai jam 12 siang, biasanya uang yang didapat sudah cuup untuk memenuhi segala keperluan dapur dan bahan pembuatan Kue Batun Bedil.

Proses pembuatan Kue Batun Bedil

Proses pembuatan Kue Batun Bedil

Pulang berjualan di pasar, ibu biasanya beristirahat dan bersenda gurau dengan cucu dari anak keduanya untuk melepas lelah. Sedang asyiknya bersenda gurau dengan cucunya tak terasa waktu Sholat Dzuhur tiba, ia pun segera beranjak untuk menunaikan Sholat Dzuhur. Setelah Sholat Zuhur ia pergi ke kebun mencari kelapa dan kayu bakar, kali ini alasanya untuk ke kebun bukan karena tidak ada yang berjualan kayu dan kelapa di pasar, melainkan karena harga kayu dan kelapa sudah mulai naik. Apa mungkin karena dipengaruhi oleh harga BBM yang melambung tinggi? Sepulangnya dari mencari kayu bakar dan kelapa, ibu langsung memasak sambil menyiapkan segala keperluan untuk membuat Kue Batun Bedil. Sesekali anaknya membantu untuk mengelupas kelapa. Demikianlah hari-hari yang ia lewati demi keluarga.

Kue Batun Bedil ini menyebar hampir di pelosok Pemenang bahkan sampai keluar Kecamatan Pemenang. Kue ini selalu menemani kami duduk dan berdiskusi di markas Komunitas Pasir Putih, kadang-kadang sampai berebutan takut tidak kebagian.

Ibu Istiari berangkat menjual kue ke Pasar Pemenang

Ibu Istiari berangkat menjual kue ke Pasar Pemenang

Penghasilannya dalam satu hari mencapai 50 ribu rupiah. Bagi Ibu Istiari hasil ini cukup untuk memberikan makanan dan mencukupi kebutuhan sehari-hari untuk keluarganya. Modal yang disiapkan antara Rp. 20.000 sampai Rp. 25.000 untuk membeli satu setengah kilo gula, minyak tanah dan bahan yang lain.

Hidup bagi Ibu Istiari adalah sebuah perjuangan dan anugerah. Terbayang diwajahnya goresan-goresan harapan yang besar terhadap anak-anaknya. Kelak kalian akan tumbuh dewasa, ayah kalian sudah tidak ada, belajarlah memahami hidup menjadi orang yang sabar dan tabah. Hidup bukan untuk disesali dan dikutuk. Tapi hidup untuk dijalani sesuai dengan ketentuan Tuhan.

 

About the author

Avatar

Lalu Maldi

Dilahirkan di Pemenang, Lombok Utara pada tanggal 31 Desember 1979. Ia adalah seorang wirausaha yang aktif dalam kegiatan di komunitas lokalnya, Komunitas Pasir Putih. Selain itu ia juga ambil bagian dalam kegiatan pemantauan media lokal berbasis komunitas bersama Forum Lenteng.

3 Comments

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.