Wayang golek cepak yang selama ini menjadi alat berkesenian dan juga sebagai sumber kehidupannya, tampak mulai lesu di dalam kancah kebudayaan. Jika dilihat sekarang masyarakat lebih cenderung menampilkan bentuk-bentuk kesenian yang lain dalam konteks event. Sebut saja masyarakat lebih menyukai organ tunggal yang sifatnya lebih praktis dan modern ketimbang wayang golek cepak yang dalam pelaksanaanya lumayan repot, dikarenakan banyaknya alat atau nayaga. Nayaga adalah pemain gamelan pada sebuah pagelaran wayang golek cepak.
Karena lesunya minimnya perhatian dan apresiasi masyarakat terhadap pagelaran wayang golek cepak, Ki Akhamadi semakin terpuruk dalam mengisi beras di rumahnya. Sampai beliau terpaksa menjual beberapa tokoh wayang golek cepak asli yang dia punya, seperti tokoh wayang golek Hanoman, Naga, Garuda, Menak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun beliau tidak menjual seluruh wayang golek cepak yang asli (warisan dari nenek moyangnya), hanya beberapa saja. Beliau juga sempat menjual beberapa peti wayang golek cepak ke negara lain, diantaranya Belanda dan Jepang, tetapi itu pun bukan wayang golek asli melainkan duplikat, yang di pesan di Desa Gadingan, Indramayu.
Dalam silaturahmi ke rumah beliau saya mengabadikan salah satu aset artikel yang sangat menarik, yakni naskah kuno tahun 1310 Hijriyah yang lumayan masih bisa terbaca, 1 peti wayang golek warisan turun temurun dan 1 peti wayang golek duplikat.
Tahun 2009 lalu, Ki Akhamadi jatuh sakit sampai beberapa bulan lamanya, beliau merasa panas, dingin disertai batuk-batuk. Karena sakit yang berkepanjangan dan perlu terus berobat terpaksa 1 set gamelan dijual seharga 15 juta ke sesama dalang yang ada di Indramayu. Walaupun begitu, Ki Akhamadi tetap menjalankan profesinya sebagai dalang jika beliau mendapatkan kesempatan untuk mendalangi sebuah pagelaran wayang golek cepak Indramayu. Beliau meminjam gamelan dan beberapa nayaga dari teman-teman dalang lainnya.
Ki Akhamadi belum bisa menitiskan ilmu pewayangan wayang golek cepak . Ketika saya bertanya sebabnya, beliau menjawab bahwa hingga saat ini belum ada orang yang cocok untuk menerima ilmu pewayangannya. Dan alasan yang paling utama kenapa belum ada penerusnya, karena beliau sendiri tidak diberikan keturunan laki-laki.
___
Foto: Iskandar Abeng
sungguh sangat disayangkan apabila seni wayang golek cepak ini tidak ada yang meneruskan…
aku bener2 terkesan dengan Indramayu, saya baru tau bahwa Indramayu ternyata memiliki banyak Orang Tua yang masih punya banyak jiwa seni. From Wong reang Segeran Indramayu.
sedih sekali. padahal saya selalu duduk depan panggung kalu wayang cepak di gelar di sekitar desa saya. sekarang saya pingin memiliki koleksinya. tapi nyari dimanaya? ada yang bisa bantu saya?
sedih…… , prihatin saya?? kenapa saya jadi nangis gini…….??
mas, mba, bu, pk.jika ada yang berkenan, tolong ktemukan saya dengan pmilik atau pewaris wayang golek atau naskahnya. ke 081392232004/087828978759.hata
Saat ini saya sedang meneliti tentang wayang golek untuk diaplikasikan sebagai alat peraga di taman kanak-kanak. Sedih sekali membaca artikel ini, miris. Makanya saya sangat ingin mempertahankan keberadaan wayang golek Indonesia. Salut untuk Ki AKhamadi, beliau adalah salah satu pahlawan indonesia yang mempertahankan keberadaan wayang golek cepak.
Teman-teman pembaca, harap ditunggu jawaban dari pertanyaan teman-teman yang belum terjawab ya. akumassa sudah menghubungi narasumber.
Terima kasih, salam akumassa
halo salam kenal pak Iskandar,
nama saya dissy ekapramudita, saya fotografer dari jakarta. saya sedang membuat sebuah buku ttg jawa barat bersema sebuah penerbit. saya mau menanyakan alamat pak ki akhamadi, bisa kah saya mendapatkannya? terima kasih
Sy sbagai adik skandung dgn kk (Ki Akmadi) merasa sdih sbb wayang golek cepak ada yg terjual 4 buah itu (Buta Naga, Hanoman, Garuda, Lamsijan) itu wayang kuna. Tadinya memang ada orang yg brminat membeli 1 kotak (waktu itu masih ada ibu saya) dgn penawaran 40 juta sdangkan kk sy dgn menjual 50 juta. Dia (pembeli) memberikan uang muka 7 juta dgn membawa 4 wayang itu sbagai jaminan. Knapa kk sy juga ibu menjualnya? krn trdesak kebutuhan ekonomi disbbkan juga jarangnya manggung, sdangkan ibu sy mendorongnya utk dijual (krn memang kk sy tdk punya anak laki-laki) cuma firasat sy waktu itu yg punya wayang datang. Pas hari yg ditentukan pembeli datang sore hari klau tdk slh kamis sore jum’at, sdangkan yg pegang/membawa kunci rumah adlh sy. Dari kjauhan pembeli dtng, sy pun pergi ke kuburan leluhur krn yg punya wayang juga datang. Trus, sy pergi ke orangtua bisa juga sy anggap guru, sy bicarakan duduk prmasalahan, knyataanya memang iya, wayang tidak bolh dijual, pd saatnya nanti ada yg menggantikan. Entah siapa? Sy pun membawa kk sy pd “orang ngerti” yg paham dunia pewayangan msih wilayah kecamatan Cikedung (desa dan blok maaf tdk sy sbutkan), knyataanya? wayang warisan leluhur tidak boleh dijual. Sy masih penasaran juga, ditnyakan kembali pd orang yg ngerti tpi paham dunia pewayangan (msih dkat dgn wilayah kota Indramayu, pun tidak boleh dijual krn warisan leluhur. Tapi, kok knapa kk sy tdk peka dgn leluhur yg punya wayang sbgai dalang wayang pemilik awal?
Assalamualaikum,,perkenalkan saya Rama dari Pamiarta Wayang Golek
saya mohon minta alamat serta no telp yang bisa saya hubungi kepada ki Dalang Akhmadi untuk sebuah acara yang rencanaya akan di gelar di Bandung,,silakan hub, saya di 081802142680 atau pin BB 30EBD2DC atas segala bantuanya saya ucapkan terima kasih
Saya merasa bersukur kehadirat Allah Zat Pencipta Alam Semesta, bila wayang golek cepak warisan leluhur (dar Ki Pugas, Ki Warya, Ki Koja, di sela Ki Dul terus Ki Salam dan yang ke-5 Ki Akmadi) terjual waktu itu (2008) riwayat Panjunan (Blok Anjun) hanya tinggal dongeng tak ada bukti secara nyata. untung saya sebagai adiknya peka melihat situasi wayang jangan dijual karena merasakan kedatangan leluhur. Kalau wayang kuno terjual yang tinggal satu-satunya sebagai bukti nyata terjual????? Panjunan (Blok Anjun) yang masuk wilayah Desa Pabean Udik Kecamatan Indramayu tidak bisa mengibarkan bendera bahwa disitu pernah ada (masih) ada bukti seni tradisional wayang dengan usia cukup panjang sebagai aset budaya warisan leluhur. Kalau wayang golek cepak dari Panjunan (Blok Anjun) Desa Pabean Udik sudah terjual, kakak saya tidak bisa mengirim prososal yang saya (adik) buat untuk mengajukan dana dalam rangka membangunan sarana prasarana karena tidak ada bukti cuma hanya berupa beberapa lembar piagam dan sertifikat saja sebagai dalang wayang golek cepak. saya sudah mengajukan beberapa proposal tahun 2012 triwulan akhir Alhamdulillah sudah dapat bantuan dari pemerintah untuk pembelian 2 set gamelan dan dari pemda setempat bisa membuat pondasi juga pengurugan untuk pembuatan sanggar. Dan saya masih berusaha membantu kakak saya dalam pembuatan proposal untuk mendirikan sanggarnya (gedung), ada yang sudah terkirim tapi belum terealisasi dan ada juga yang belum saya kirim (buat) karena keterbatasan waktu dan tenaga. sebenarnya saya ingin bisa melanjutkan dan melestarikan warisan budaya leluhur tapi belum bisa, entah kapan??? Allah Yang Maha Pengatur yang akan mengatur hidup dan kehidupan seluruh ciptaan-Nya. Semoga.
Assalamualaikum wr. wb
Saya adalah mahasiswa yang sedang menulis skripsi, kalau boleh saya ingin berkunjung ke rumah Ki Akhmadi, karena skripsi saya berkaitan tentang budaya terutama seni wayang golek.
mohon direspon
terimakasih
wasalamualaikum wr. wb