Kanoman
Pada tgl 15-16 Desember 2008 tepatnya jam 11 gue brangkat naik angkot menuju ke Keraton Kanoman naik angkot D5 bersama kiki’ terus setibanya di depan pabrik BAT (PT. British American Tobacco) gue jalan menuju ke Pasar Kanoman, di Pasar Kanoman gue melihat para pedagang-pedagang yang sedang berjualan. Di antaranya penjual buah, pakaian, makanan, sayuran, pertokoan, warung nasi & kopi, barang-barang loak, kios-kios, pakaian, dan lain-lain. Dan di lingkungan Pasar Kanoman ada gerbang gapura pintu masuk menuju ke kraton kanoman, setelah itu gue masuk ke gerbang menuju ke Keraton Kanoman, lalu gue sholat di Masjid Agung Kanoman, yang berada di lingkungan Keraton. Selesai sholat gue masuk ke Keraton Kanoman, di Keraton terdapat sebuah museum bersejarah. Di situ gue melihat ada seperangkat alat lengkap gamelan kuno, mesin jahit kuno, tombak, buah kelapa, ada 3 kereta yang dulu pernah di tunggangi Sunan Gunung Jati & Putri Ong Tien, dan ada salah satu kereta buatan mahasiswa ITB, ada peti kuno, ada meriam portugis, senapan portugis, foto sultan kanoman, foto kerabat keraton, keramik cina, wayang, dan lain-lain. Dan di ruang museum dirasakan ada aura mistis yaitu kamera temen gue jatuh pada saat mau naik ke kereta Putri Ong Tien, dan terjadi bayangan penampakan di saat pengambilan gambar foto, dan perut gue mendadak mules pada saat megang kereta sunan Gunung Jati.Tiket masuk museum bertarif 5000 rupiah/orang. Setelah itu gue masuk ke kebun belakang keraton. Di situ terdapat bangunan pertama Keraton Kanoman dan ada dua sumur tua buat memandikan benda2 keramat, dan di dekat sumur ada beberapa kambing keramat yang konon katanya tidak boleh di ganggu, di situ juga ada pohon bambu yang dirasakan sangat angker, juga banyak pohon-pohon tua yang menyeramkan. Setelah itu gue keluar menuju ruang tamu Sultan Kanoman dan duduk di kursi tamu keraton, lalu di saat duduk datang Ratu Mawar bersama adiknya, Ratu Mawar adalah anak dari Raja Sultan Kanoman, dia datang mengendarai mobil Mercedes, dan dia menyapa lalu masuk ke rumahnya. Setelah itu gue masuk ke ruangan Raja Kanoman, dan di situ terdapat kursi raja yang sudah rusak yang konon tidak boleh di renovasi agar terlihat keasliannya. Di samping kursi raja juga ada air mancur untuk kesejukan ruang raja dan menurut cerita si Umar, si jambul rambut merah, di kursi raja ada penunggu mahluk gaib yaitu macan putih. Di situ terlihat ada sesajen bentuk perahu berisi bunga. Setelah itu gue keluar dari keraton menuju ke pelabuhan jalan kaki bersama teman-teman.
Pelabuhan
Setelah dari Kanoman kita jalan kaki menuju pelabuhan. Saat itu hujan deras kita berteduh di depan pelabuhan. Di situ gue melihat ada nelayan perempuan keluar menuju angkot membawa ikan hasil pancingannya untuk di jual ke pasar. Setelah itu kita bertiga masuk ke gerbang pintu masuk ke pelabuhan 1 dan lapor kepada satpam, dan ternyata salah satu satpam itu temen lama gue. Gue terus ngobrol sebentar lalu kita diiziinkan masuk tanpa bayar. Lalu kita bertiga jalan melihat lingkungan sekitar pelabuhan di situ ada bangunan tua yang di bangun oleh Belanda. Lalu ada kapal-kapal nelayan berderetan. Lalu gue bertiga jalan dan melihat ada kantor PT. Admiral, yang di sebelahnya ada warteg dan mempunyai 2 pelayan yang lumayan cantik.Sebelum memulai riset kita bertiga minum kopi sambil ngobrol. Setelah itu gue naik ke tangga menuju kantor PT.Admiral untuk menemui Ibu Nunik. Gue menemui Nunik untuk mewawancarai tentang pelabuhan. Tapi ternyata Nunik tidak ada di kantornya. Yang ada cuma bapak Dedi. Dia sebagai OB (Office Boy). Lalu aku bertiga ngobrol dengan Pak Dedi tentang seputar pelabuhan. Beberapa menit kemudian Nunik datang dan kita berlima ngobrol-ngobrol sampai sore. Nunik pamit pulang, tinggal kita berempat di kantor itu. Setelah itu gue buang air besar di kantor itu karena perut gue mules. Setelah itu Pak Dedi mengajak kita bertiga naik ke tingkat atas kantor pelabuhan untuk melihat suasana pelabuhan dari kantor Admiral yang merupakan bangunan Belanda itu. Atas kantor itu digunakan untuk melihat kapal yang akan datang ke pelabuhan. Setelah berada di atas gue melihat laut dan semua kapal yang ada di pelabuhan, perkantoran dan seluruh aktifitas lingkungan pelabuhan. Hari menjelang malam, setelah itu kita bertiga pulang ke laboratorium.
Lalu keesokan harinya, tepatnya di waktu sore, kita bertiga kembali ke pelabuhan menemui Pak Dedi dan Mba Nunik untuk minta izin masuk ke areal kapal dan pabrik. Setelah mendapat izin kita jalan menuju pelabuhan. Di situ gue melihat ada gedung dan gudang zaman Belanda, kantor polisi dengan macan siliwangi hitamnya, dan kantor pusat pelabuhan yang di depannya ada pemberitahuan “Dilarang unjuk rasa atau berdemonstrasi, pawai, rapat umum, dan atau mimbar bebas di lingkungan pelabuhan”. Setelah tiba di gerbang pintu masuk dermaga batubara, tiba-tiba ada seorang preman dengan tato bergambar rantai yang melingkar di lehernya, dan di seluruh badannya penuh tato. Lalu si preman gue sapa ’’hai nyet kemana aja lu, gimana kabarnya?” Si preman menjawab, “kirik kuh ente kemana aje, masih mainan gitar lu?” Gue jawab, “masih coy”. Rupanya si preman teman lama gue. Dia bekerja sebagai ABK. Sekarang dia berperan sebagai preman tobat. Lalu kita lanjutin jalan menuju kapal untuk memotret dan merekam dengan video, dan di situ gue melihat ada pabrik aspal yang bernama Shell. Lalu ada banyak orang yang mancing dan ada para kuli kapal dan kuli pabrik.
Kami bertiga merekam semua yang ada di situ. Lalu aku kepikiran dengan cerita orang-orang tentang preman di pelabuhan. Banyak penodong yang ngompas. Kebanyakan orang-orang itu dari daerah Bedulan. Gue bisikin Diki, “pulang yuk, ngeri gue bawa-bawa kamera ke sini”. Setelah itu kami bertiga kembali menjumpai Ibu Nunik dan Pak Dedi untuk diwawancarai. Pada waktu itu gue pegang kamera video sambil mewawancarai Ibu Nunik. Dengan malu-malu Ibu Nunik menceritakan tentang berapa lama dia bekerja di perusahaan bongkar muat itu dan kehidupan Ibu Nunik yang berasal dari Jakarta. Setelah itu Ibu Nunik pulang ke rumahnya.
Kami kemudian mewawancarai Pak Dedi, lalu ia menceritakan tentang pengalamannya selama 10 tahun bekerja di pelabuhan di antaranya: PSK yang ada di pelabuhan, perang antara Angkatan Laut dan polisi pelabuhan gara-gara perempuan, maling yang tewas mengambang di pelabuhan, setan Noni Belanda yang cantik penunggu kantor Admiral, pegawai-pegawai pelabuhan, bongkaran barang seperti: batubara, rotan, aspal, kain, barang-barang elektronik yang suka dibawa pelaut Madura, tepung, kayu triplek, dan lain-lain. Setelah selesai mewawancarai Pak Dedi kami berempat ngobrol sampai malam lalu pulang menuju ke laboratorium naik angkot D5.
Nah, para pembaca yang budiman, itulah pengalaman ATGAN (ATOT GANTENG) dan LANANGE JAGAT (AGUNG SENTOT WINETOU) tentang seputar Keraton Kanoman dan Pelabuhan 1 Cirebon.
Lanange jagad tah kunyuke jagad….!!!
salam kenal. apa kabarnya pul