Toronto, Kanada

Kabar dari Toronto: Pembukaan Pameran akumassa

Dalam perjalanannya yang hampir berumur 3 tahun, konsep pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh program akumassa dengan cara distribusi pengetahuan telah memiliki posisi yang sangat penting dalam ruang publik baik secara nasional ataupun internasional. Selain pemutaran video akumassa yang dilakukan di setiap kota dampingan setelah selesai workshop dan produksi, pada tahun 2009, akumassa juga dipresentasikan dalam gelaran seni visual. Pertama kalinya di Bentara Budaya Jakarta dalam acara Videobase, 2009. Pertengahan Mei 2010 akumassa diundang khusus oleh Artsonje Center, Seoul, Korea Selatan, untuk mempresentasikan program pemberadayaan masyarakat yang dilakukan oleh akumassa selama ini. Pada Juni 2010, akumassa ikut serta dalam pameran Fixer di North Art Space, Pasar Seni Jaya Ancol, Jakarta. Di bulan Juli hingga Agustus 2010 akumassa kembali diikutsertakan dalam Pameran Seni The Loss of The Real yang bertempat di Selasar Sunaryo Art Space, Bandung. Dan pada akhir tahun 2010 akumassa diundang oleh Festival Film Dokumenter, di Jogjakarta untuk pemutaran dan presentasi program. Dan saat ini, Maret, 2011, akumassa diundang dan diberikan satu ruangan khusus untuk pameran oleh Images Festival Toronto. Pembukaan pameran akumassa juga dijadikan sebagai salah satu rangkaian acara yang menjadi Festival pre-event. Prestasi ini adalah milik semua teman-teman akumassa di 9 kota, yaitu Cirebon, Lebak, Padang Panjang, Jakarta, Randublatung, Ciputat, Lombok Utara, Serang, dan Surabaya.

Pameran "akumassa Images" di Images Festival, Toronto, Kanada

Pameran "akumassa Images" di Images Festival, Toronto, Kanada

Pameran terdiri dari 20 video akumassa, 700 foto, serta 12 tulisan dan sketsa selama proses workshop

Pameran terdiri dari 20 video akumassa, 700 foto, serta 12 tulisan dan sketsa selama proses workshop

Images Festival (IF) Toronto adalah Festival Filem tertua di Kanada yang sudah berumur 24 tahun. Dalam skala Internasional, aktualisasinya menjadi sangat penting sebagai media independen dengan proses kuratorial yang sangat ketat, yang setiap tahunnya mendukung dan memberi ruang bagi seniman dan forum profesional dari berbagai negara untuk mempresentasikan program mereka. Pada tahun 2011, Images Festival menyediakan 22 tempat di sekitar kota Toronto untuk mempresentasikan sebanyak 125 karya dari 28 negara. Program akumassa adalah satu-satunya yang mewakili Indonesia. Hafiz yang bertindak sebagai Dewan Penasihat akumassa juga merupakan satu-satunya juri di Images Festival, yang berasal dari Indonesia.

Pembukaan pameran

Pembukaan pameran

Jumat (25/03), sekitar pukul 19.00 PST, pameran akumassa yang bertempat di ruangan Free Galery, 1227 Bloor Street West, Toronto, Canada, merupakan kali ke-2 aku berada dalam sebuah ruang pameran dan juga menjadi bagian dari pameran tersebut. Pameran yang pertama adalah pameran Seni Media Baru yang digagas oleh Forum Lenteng dan Ruang Rupa, di Galeri Seni Rupa, Universitas Negeri Medan, tahun 2010. Kedua pameran mendapatkan apresiasi yang berbeda dari pengujung. Saat pameran Seni Media Baru, pengunjung yang datang lebih banyak berfoto-foto di samping karya dan karya tersebut juga dijadikan sebagai latarnya. Sedangkan pada pameran akumassa kali ini, sebanyak 20 judul video akumassa yang diputar dalam sembilan monitor televisi, 12 tulisan dengan hasil coretan selama workshop yang dicetak pada kepingan akrilik, dan 700 foto yang diambil dari setiap kota selama workshop, pengunjung yang datang lebih memilih untuk melihatnya satu persatu.

Pengunjung pameran sedang menonton karya video akumassa

Pengunjung pameran sedang menonton karya video akumassa

Hingga jam 12 malam, ruangan Free Galery, masih tetap ramai dipenuhi oleh pengunjung. Semua pengunjung yang datang kebanyakan berprofesi sebagai aktivis seni dan mahasiswa. Mereka tampak sangat berapresiasi terhadap karya-karya akumassa. Dan aku menjadi penasaran, apa yang mereka pikirkan setelah menonton video akumassa. Kemudian aku mencoba untuk menanyai pendapat mereka tentang video akumassa. Semuanya mengatakan sangat senang menonton video akumassa, karena setiap bingkaian video akumassa memiliki isu yang sangat kuat mengangkat konten lokal dan dapat menyentuh wilayah yang universal.

Beberapa dari mereka ternyata juga mempunyai satu video favorit dari 9 situs video akumassa.  Seperti dari Lebak video tervoritnya: Ki Rabin; dari Padangpanjang: Babi vs Anjing; dari Blora: Hari-hari Sapi; dari Lombok: Bangsal; dari Surabaya: Al Kisah di Ampel;  dari Cirebon: Teman Nelayan; dari Lenteng Agung: Men At Work; dari Ciputat: Apel Malam; dan dari Serang: Pelita Kami, Dimana? Secara tidak sengaja, aku memperhatikan Hetter, sang pengelola galeri, saat menonton video Bangsal. Ia tertawa begitu lepas sewaktu melihat adegan seorang bule yang terjatuh saat turun dari kapal kecil.

Saat tulisan ini sedang kubuat, Hafiz bercerita tentang Free Galery. Bahwa Free Galery ternyata adalah galeri independen yang khusus memutarkan karya alternatif, yang berpihak pada aktifitas sosial pilitik dan pemberdayaan masyarakat dalam wilayah seni, dan tidak ada karya yang dijual. Aku jadi ingat pengalaman saat sedang memasang karya-karya akumassa di galeri ini, ada seorang perempuan yang masuk ke dalam galeri. Beberapa jam kemudian ia keluar lagi, lalu masuk lagi sambil membawa secangkir kopi. Besoknya, perempuan itu datang lagi. Awalnya kukira dia adalah pegawai galeri. Ternyata, ia adalah seorang mahasiswa yang baru saja selesai memberikan workshop bersama teman sekampusnya kepada anak-anak sekolah di Toronto. Sehari setelah pameran akumassa, adalah gilirannya untuk memamerkan hasil workshop-nya di ruang belakang Free Galery.

Melihat antusiasme pengunjung terhadap karya-karya akumassa, membuatku menjadi lebih sadar, kalau apa yang sudah dilakukan oleh teman-teman akumassa memiliki peranan penting sebagai media alternatif terhadap publik. Dan pengalaman ini akan aku bawa ke kota hujanku, Padangpanjang, untuk menciptakan ruang alternatif untuk publik yang lebih luas di kota Padangpanjang bersama teman-teman Sarueh.

About the author

Avatar

David Darmadi

David Darmadi lahir pada tanggal 7 Desember 1987 di Padang. Kuliah di Institut Seni Indonesia Padang Panjang sejak tahun 2007 dan merupakan salah satu pendiri komunitas Sarueh Padang Panjang. Dia mulai menulis dalam jurnal akumassa.org pada Februari 2009. Ia juga aktif dalam berbagai macam workshop dan pameran video, baik nasional maupun internasional.

11 Comments

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.