Hujan deras membuat kawasan hulu Sungai Ciliwung menjadi berbahaya (Tempo.co, 30 Januari, 2014). Kondisi ini, menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, mengakibatkan 49 kelurahan dari 18 kecamatan yang tersebar di 5 wilayah di Jakarta mengalami bencana banjir, dan sedikitnya ada 15.078 jiwa pengungsi tersebar di 58 titik lokasi pengungsian (Kompas.com, 30 Januari, 2014). Hingga hari ini, media massa masih memberitakan bahwa masih banyak warga yang mengungsi karena daerah tempat tinggal mereka terendam banjir, seperti Kelurahan Kampung Melayu dan Bidara Cina (Kompas.com, 31 Januari, 2014).
Pada tanggal 30 Januari, 2014, ketika pemberitaan mengenai kondisi pintu air Katulampa siaga 1 mencuat di TV, Otty memproduksi beberapa gambar dengan menggunakan cat air di atas kertas buku hariannya. Gambar yang ia buat berdasarkan pada pengalaman visual yang ia tangkap dari TV dan beberapa image dari google, dan kemudian ia unggah dan sebarkan melalui akun instagram miliknya (@ottyrancajale), tak lain berbicara tentang fenomena banjir Jakarta dan bagaimana masyarakat menyikapinya.
Redaksi akumassa memuat beberapa karya instagram dari Otty Widasari di jurnal online ini sebagai salah satu usaha untuk memancing refleksi kita terhadap bencana tahunan tersebut. Gambar-gambar Otty tentang banjir tahun ini sesungguhnya sedang berbicara kepada kita: bencana adalah buah dari raibnya kesadaran kita, sebagai anggota masyarakat, terhadap lingkungan sekitar, baik yang konkret sifatnya maupun yang maya di ranah citra-citra. Selain sebagai bentuk aksi literasi media dalam menanggapi pemberitaan mengenai banjir, dan dapat pula dilihat sebagai kampanye kepedulian terhadap banjir melalui media sosial, aksi Otty dan gambar-gambar yang dihasilkannya mengingatkan kita bahwa kepasifan publik terhadap perkembangan berita banjir, bisa jadi, adalah salah satu pangkal dari keberlangsungan dan keberlanjutan bencana yang seakan telah menjadi tradisi tiap tahun.
Asyik bangeeetttt…!!!!