Jurnal Kecamatan: Harjamukti Kota: Cirebon Provinsi: Jawa Barat

Jagakali Art Festival II [Sirkulasi Air]

Avatar
Written by Gardu Unik

Nikmatnya Rasa Pusing Pimpinan Produksi

Arak-arakan TK Darul Hikam

Arak-arakan TK Darul Hikam.

Cirebon merupakan kota sejarah yang memiliki situs-situs refleksi kebudayaan lampau, sebagai bentuk kesaksian terhadap sosial masyarakat masa lalu yang kemudian menjadi warisan masa kini. Seperti salah satu di antaranya adalah situs kera dan petilasan Sunan Kalijaga yang menjadi jalur bersosialisasi Gardu Unik (Cirebon). Jika menilik ke masa lalu, saya mendapat ingatan tentang keterkaitan kami dengan situs Kalijaga hanya sekedar melihat situs tersebut. Namun, ketika kami menjadikannya sebagai tempat pelaksanaan Jagakali Art Festival II, teragendakan untuk melakukan riset relevan meskipun masih dalam lingkup yang sederhana. Kami meriset hal–hal terkait situs Kalijaga dalam tempo yang sangat singkat.

Teater Gotrok SMA Muhammadiyah bersiap arak-arakan

Teater Gotrok SMA Muhammadiyah bersiap arak-arakan.

Syaiful Anwar mempersiapkan keperluan pemutaran video

Syaiful Anwar mempersiapkan keperluan pemutaran video.

Festival yang diselenggarakan dengan sederhana ini, sangat menguras tenaga kawan–kawan baik dari dalam maupun luar Gardu Unik. Seperti yang terjadi saat pembuatan katalog festival, saya bersama mas Nico Permadi mengisi kolom-kolom tekstual berjumlah enam lembar dengan tempo 4 hari pengerjaan soft copy, kami biasa menyebut pengerjaan singkat waktu ini dengan proyek Sangkuriang –legenda rakyat Pasundan tentang terciptanya gunung Tangkuban Perahu. Dua hari menjelang festival, kami baru bersiap untuk naik cetak katalog ini. Saya yang berputar-putar dan mendatangi 3 percetakan yang ada di Kota Cirebon untuk bertanya tentang biaya produksi katalog dengan harapan dapat dicetak sesuai kemampuan anggaran kami. Di percetakan pertama, saya mendapat total pembuatan per eksemplar sebesar Rp. 57.000,- dengan dijanjikan dapat selesai dalam waktu 1 hari yang berupa cetak digital.

Sukarya, Maman, Nay sedang membuat tulisan selamat datang

Sukarya, Maman, Nay sedang membuat tulisan selamat datang.

Suasana peringatan Hari Kartini

Suasana peringatan Hari Kartini.

Percetakan kedua yang saya kunjungi menaruh harga sesuai minimal order, untuk order 100 eksemplar dihargai Rp. 17.500,- per eksemplar sehingga total biaya produksi sebesar Rp. 1.750.000,- dan order 500 eksemplar dihargai Rp. 4.500,- per eksemplar, sehingga total yang harus kami keluarkan pun terhitung lebih murah, yaitu sebesar Rp. 2.250.000,- dan berupa cetak offset. Karena saya berpikir biaya produksi tersebut terlalu besar untuk kapasitas kami, saya pun konfirmasikan kepada mas Nico. Ia menjawab via sms, “wah kalo segitu mah ga sanggup, kamu coba ke Iday aja”. Saya pun segera meninggalkan percetakan yang membuat saya merasa kesal karena kata-kata pemiliknya yang meremehkan pertanyaan saya, seolah-olah kami pasti tidak akan mampu untuk membayar padahal memang kami demikian (saya menulis sambil tertawa jayus nih…ha ha haaaa….. Dasar Awod!!).

PErsiapan akhir

Persiapan akhir.

Kedatangan suku Dayak Indramayu

Kedatangan suku Dayak Indramayu.

Saya segera mengendarai motor yang saya sebut ‘jet darat’ –warisan alm. Papa, (wwwuuuusshhhhhh….!!) menuju Gedung Kesenian Nyi Mas Rarasantang untuk bertemu mas Iday terkait perihal pencetakan katalog. Namun, ia tidak berada di tempat sehingga saya berpikir untuk bertanya pada Dede (teman di Percetakan Tugu Muda). Sesampainya di tempat tersebut, saya merasa berbahagia ketika mendengar biaya produksi yang hanya sebesar Rp. 500.000,- (berupa cetak dengan mesin toko dan cover dicetak sablon), namun kebahagiaan saya tidak bertahan ketika ia memberitahukan bahwa waktu pencetakan sekitar 7 hari lamanya (bisa mati lumutan). Akhirnya saya kembali ke Kampung Hijau (tempat diselenggarakannya Jagakali Art Festival II).

Suku Dayak Indramayu

Suku Dayak Indramayu.

Di Saung saya berdiskusi bersama mas Nico untuk mencari solusi tersebut, sebelumnya mas Nico mendapat kabar dari Indra Ameng (ruangrupa) yang inti pembicaraannya yaitu tentang kesediaannya untuk menanggung biaya produksi percetakan katalog pada percetakan kedua, namun kami harus hutang terlebih dahulu. Karena beberapa pertimbangan, kami dengan rasa ragu membatalkan tawaran tersebut dan meminta wejangan kepada bang Hafiz (Forum Lenteng). Ia menyarankan untuk menghubungi Mahardika Yudha (Diki). Ketika kami menghubungi Diki –seorang periset yang kabarnya telah kehilangan topi bercorak green military nya– kami pun mendapat saran yang menenangkan bahwa di Jakarta ada photocopy digital yang dirasa dapat menyelesaikan permasalahan kami. Saya pun segera menuju ke rumah kontrakan –tempat Gardu Unik berkumpul, untuk mengirim soft copy katalog berformat pdf via email. Namun, saya panik ketika email data sebesar 20 MB tidak dapat terkirim karena limit pengiriman data hanya sebesar 10 MB. Selang berapa lama, terdapat pesan atas nama Salima Hakim dari Payon Percussion (Jakarta) terkait konfirmasi keikutsertaan. Akhirnya, saya kembali ke tempat pergelaran dengan kabar-kabar tersebut. Dengan sedikit putus asa, saya menunggu sembari melihat kondisi kawan-kawan yang sedang mempersiapkan areal festival. Dengan berharap keputusasaan hanya ada pada saya dan tidak terasa oleh kawan-kawan lainya. Kemudian saya berbincang dengan Ageung (ehmmm…) melalui telepon. Di saat kepanikan itu, saya bercerita tentang kendala yang saya hadapi untuk pembuatan katalog tersebut. Dengan intonasi suara yang meneduhkan, ia berkata “kenapa ga dibagi dua aja kirim katalognya a’ (ia biasa menyebut saya dengan sebutan itu)”. Istighfar, satu-satunya yang dapat saya ucapkan dengan merasa sedikit bodoh (sedikit aja ya, kalo kebanyakan nanti mengalami obesitas kebodohan) dan saya menuju Gardu Unik kembali. Mem-power on komputer, saya mulai mem-publish to pdf per halaman yang ada di aplikasi Corel Draw (total halaman 12 lembar). Kemudian, saya kirim semua data katalog berformat pdf tersebut satu per satu dengan menggunakan dua alamat email yang berbeda, katalog berangka ganjil saya kirim melalui alamat email saya, sedangkan untuk katalog berangka genap saya kirim melalui alamat email Kartoenbitjara dan kepada email Diki disertai keterangan urutan halaman.

Setelah semua soft copy katalog terkirim, saya kembali ke Kampung Hijau dengan sedikit tenang (sedikit aja ya, kalo kebanyakan nanti mengalami obesitas kemalasan). Beberapa saat kemudian, Diki mengabari dengan memberi semangat kepada kami bahwa katalog tersebut dapat dicetak cepat, namun harga per eksemplar Rp. 3.500,-. Kami yang awalnya berencana mengkopi katalog sebanyak 300 eksemplar, peralatan untuk mencetak sebanyak 100 eksemplar saja karena pertimbangan harga (awalnya kalkulasi harga sekitar Rp. 1.800,-). Namun, ia dapat datang ke Cirebon pada sabtu sore (25/4) sehingga ia bersama 2 teman lainnya (Adel Pasha dan Fuad Fauji) tidak dapat menyaksikan arak-arakan (pawai yang diikuti oleh SDN Nusantara Jaya, SMA Muhammadiyah, Suku Dayak, Barongsai-PBD Kelabang, Sanggar Sekar Pandan, Kelompok Sepeda Antik Tjirebon (KESANT)).

Benar-benar sesuatu yang memusingkan kepala, ditambah sebelumnya saya lupa bahwa saya harus menjadi juri lomba fashion show –Peringatan Hari Kartini di TK Darul Hikam (sembari memberikan undangan Jagakali Art festival II). Saya yang datang pada jam 10 pagi merasa tidak enak atas kekhilafan tersebut. Sehingga untuk menghilangkan rasa bersalah, saya ikut mengiringi arak-arakan TK Darul Hikam yang menggunakan 2 mobil berbentuk kereta api. Di tengah perjalanan, saya berbelok arah menuju Kampung Hijau dengan tergesa-gesa karena kondisi di tempat tersebut belum kondusif. Beberapa saat setelah saya sampai, datang kang Jiner bersama satu temannya (Bandung), kawan-kawan dari Suku Hindu Buddha Dayak Bumi Segandu (Indramayu), kawan-kawan dari Payon Percussion (Jakarta). Lalu saya menjemput kawan-kawan Genting-Genting Percussion (Jatiwangi), setelahnya saya kembali ke Cirebon dan arak-arakan segera dimulai dengan ditandai turunnya hujan (sirkulasi air).

Gardu Unik

About the author

Avatar

Gardu Unik

Sanggar Gardu Unik didirikan 29 September 2005 oleh Nico Broer di kota Cirebon. Sanggar ini memfokuskan kegiatannya pada pendidikan, terutama bidang seni rupa. Anggota sanggar ini sebagian besar merupakan pengajar di sekolah-universitas.

6 Comments

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.