Para pemantau melakukan pemantauan terhadap sajian-sajian media, dengan mengkategorikannya ke dalam lima isu utama (good governance atau kebijakan publik; hak asasi manusia atau HAM; perempuan dan/atau anak; kriminalitas; dan lingkungan hidup) dan satu isu khusus yang bersifat kasuistik, yaitu perilaku media/pers (jurnalis atau wartawan) di lapangan. Pemantauan dilakukan dengan cara membaca isi artikel berita, menempatkannya ke dalam kategori yang sesuai, kemudian dihitung jumlahnya (ditata ke dalam bentuk tabel). Hal ini dilakukan oleh pemantau di lokasi setiap hari (setiap media/koran terbit), lantas setiap minggunya dilakukan pembacaan berdasarkan tabel pengkategorian dan menuliskannya dalam bentuk laporan naratif yang dimuat di www.akumassa.org. Dalam laporan naratif ini, para pemantau diberikan hak dan penilaiannya terhadap bagaimana para pelaku media memproduksi dan menyajikan informasi di media mereka untuk dikonsumsi publik.
Pembacaan hasil pemantauan selama satu bulan ini dilakukan dengan dua cara. Pertama, mentransformasikan data tabel (jumlah artikel yang terkumpul) dari masing-masing kota, berdasarkan kategori isu, ke dalam bentuk grafik. Gambaran grafik ini dapat memperlihatkan arah kecenderungan dari media-media lokal di masing-masing kota akan perhatiannya pada masing-masing isu. Kedua, ialah menyoroti beberapa pendapat menarik dari masing-masing pemantau terhadap media lokal di daerahnya sehingga kita dapat melihat, secara garis besar, bagaimana media lokal di masing-masing kota bekerja dalam menyajikan informasi bagi warganya.
***
Laporan bulanan ini menyajikan data sampel delapan kota dari sepuluh kota yang ada, yaitu Aceh, Tangerang Selatan, Depok, Jakarta, Jember, Lebak, Pemenang, dan Surabaya. Dua kota yang lain, yaitu Padangpanjang dan Yogyakarta, masih dalam proses pengolahan data oleh teman-teman pemantau. Oleh karena itu, penjumlahan seluruh artikel hanya berdasarkan delapan kota. Hasilnya adalah terkumpulnya 3772 artikel berita, dengan pembagian isu: 52,60% isu good governance; 3,29% isu HAM; 8,09% isu perempuan dan/atau anak; 18,32% isu kriminalitas; dan 17,68% isu lingkungan hidup. Dari persentase ini, dapat disimpulkan bahwa isu good governance menjadi isu dominan oleh media-media lokal di masing-masing kota.
Namun demikian, hasil diskusi dan pengamatan yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa jumlah yang banyak belum berarti mencerminkan arah kebijakan dari pelaku media. Hal ini disebabkan pada empat kali periode pemantauan setiap minggu, arah grafik dari delapan kota memperlihatkan arah yang berbeda-beda, baik pada isu good governance maupun isu lainnya.
Pada grafik Kota Aceh, berdasarkan hasil pemantauan yang telah dilakukan, dapat kita lihat bahwa isu good governance sangat mendominasi di Kota Aceh (garis berwarna biru tua). Dari minggu pertama hingga minggu keempat, isu good governance mengalami peningkatan dengan ditemukannya puluhan artikel dari dua koran lokal (Serambi Indonesia dan Prohaba). Sementara itu, untuk isu HAM, grafik menunjukkan arah yang menurun, yang dapat kita simpulkan bahwa perhatian media-media lokal di Aceh juga mengalami penurunan setiap minggu, selama satu bulan lalu.
Pada grafik Kota Tangerang Selatan, dapat kita lihat bahwa isu good governance mendominasi sajian koran-koran lokal di kota tersebut (Suara Tangsel dan Tangsel Pos). Sedangkan perhatiannya terhadap isu lain tidak begitu besar, seperti kriminalitas yang mengalami penurunan grafik. Begitu juga dengan isu HAM, tidak mendapat perhatian yang berarti dari koran-koran lokal di Tangerang Selatan.
Sementara itu, pada grafik Kota Depok, dapat dilihat bahwa perhatian dari media lokal di Depok (Radar Depok, Jurnal Depok, dan Monitor Depok) terhadap good governance justru menunjukkan grafik yang menurun. Begitu pula dengan isu kriminalitas. Sedangkan isu lingkungan hidup menunjukkan grafik yang meningkat, yang dapat disimpulkan bahwa perhatian koran-koran lokal di Depok terhadap lingkungan hidup, setiap minggunya, semakin kuat.
Hasil pantauan untuk wilayah Jakarta, grafik selama sebulan lalu menunjukkan bahwa perhatian koran-koran lokal di Jakarta (Berita Kota dan Warta Kota) terhadap isu good governance tidak begitu jelas (grafik menurun). Perhatian dari koran-koran lokal Jakarta justru cukup terlihat pada isu kriminalitas dengan gambaran grafik yang meningkat.
Grafik Kota Jember memperlihatkan bahwa selama satu bulan lalu, berdasarkan jumlah artikel yang dikumpulkan (dipantau), perhatian dua media lokal di Jember (Radar Jember dan jemberpost.com) tidak begitu baik terhadap isu good governance. Justru pada isu lingkungan hidup, perhatian media lokalnya mengalami peningkatan.
Pada grafik Kota Lebak, arah grafik menunjukkan bahwa perhatian media lokal Lebak (Kabar Banten dan Baraya Post) mengalami peningkatan dari minggu pertama hingga minggu keempat di bulan lalu. Sedangkan pada isu lainnya, arah dari pelaku media dalam menyajikan informasi tidak terlihat begitu jelas.
Isu good governance di Kota Pemenang (Radar Lombok dan Lombok Post), sama halnya dengan kota lain, juga menjadi isu yang dominan dengan jumlah artikel yang ratusan dalam satu bulan. Akan tetapi, meskipun jumlahnya banyak, grafik yang diperlihatkan justru menurun dari minggu ke minggu selama satu bulan lalu. Sedangkan untuk isu yang lainnya justru tidak terlihat gerak yang signifikan.
Kota Surabaya (Radar Surabaya, Surya, Surabaya Post dan Surabaya Pagi), arah grafik yang terus meningkat setiap minggu untuk isu good governance terlihat jelas, selain jumlahnya yang juga banyak. Sedangkan untuk isu yang lainnya tidak terlihat gerak grafik yang begitu jelas, misalnya isu kriminalitas dengan jumlah artikel yang sedikit, memperlihatkan arah grafik yang menurun.
***
Hasil pemantauan selama satu bulan lalu juga mengumpulkan empat puluh tulisan naratif dari para pemantau, yang mengabarkan hasil pantauan mereka setiap minggunya, dan dimuat di www.akumassa.org. Tulisan ini juga berisikan pendapat dari para pemantau di masing-masing lokasi tentang bagaimana media lokal mereka menyajikan informasi bagi warga lokal. Para pemantau ini merupakan warga asli di kota atau lokasi pemantauan, dan merupakan perwakilan warga lokalnya. Perhatian utama para pemantau, sebagai representasi warga lokal setempat, ialah apakah media lokal telah memenuhi kebutuhan masyarakat setempat akan informasi tentang wilayah lokal mereka.
Terdapat beberapa pendapat yang menarik dan sarat akan kritik dari para pemantau terhadap pelaku atau lembaga media lokal di kota mereka masing-masing. Beberapa di antaranya ialah pendapat dari Juventius Sandy Setyawan, pemantau media lokal di Surabaya. Dia memberitahukan bahwa pada media-media lokal Surabaya, yakni Radar Surabaya, Surya, Surabaya Post dan Surabaya Pagi, terdapat kecenderungan penulisan yang berkesan salin-tempel dan memodifikasi susunan isi dan judul berita secara acak agar terlihat tidak begitu sama. “Jika hal ini terjadi, sangat disayangkan bagi kerja penulis berita yang kurang baik dalam memproduksi informasinya secara jujur,” keluh Juventius dalam tulisannya (lihat Penulisan Berita Berkesan Copy Paste dan Modifikasi, dalam http://rekammedia.akumassa.org/, tanggal 20 Februari 2012).
Hal yang hampir senada juga dinyatakan oleh pemantau dari Depok, Manshur Zikri, yang memantau koran Radar Depok, Monitor Depok dan Jurnal Depok. Menurut pendapatnya, koran-koran lokal di Depok seringkali menyajikan berita yang sudah diberitakan oleh koran lain di hari lain, menggunakan narasumber yang sama, dan tanpa memberikan penyajian yang lebih mendalam (lihat Ngomong BBM, tapi Diulang-ulang, dalam http://rekammedia.akumassa.org/, tanggal 12 Maret 2012).
Ada juga pemantau yang mengabarkan hasil pemantauannya dengan begitu ekspresif di dalam tulisan. Misalnya, Muhammad Qomarudin, pemantau dari Jember yang memantau Radar Jember dan jemberpost.com. Qomar sangat prihatin dengan kinerja portal berita online jemberpost.com yang sangat sedikit sekali menyajikan berita. “Khusus untuk jemberpost.com, setidaknya hingga minggu ini, tampaknya ketidakjelasan kerja redaksi media ini sungguh tak bisa ditutup-tutupi. Ketidakjelasan intensitas pemberitaan jemberpost.com mengukuhkan media ini sebagai media yang tidak diurus dengan ‘profesional,” ungkapnya dalam tulisan (lihat Isu Kriminal Meningkat, jemberpost.com Tak Begitu Jelas, dalam http://rekammedia.akumassa.org/, tanggal 13 Maret 2012).
Tak kalah menarik, Lalu Maldi, pemantau dari Kota Pemenang yang memantau Radar Lombok dan Lombok Post, mengabarkan bahwa media lokal di Lombok lebih banyak mengabarkan isu-isu nasional ketimbang lokal, serta kurang menaruh perhatian terhadap isu lingkungan hidup (lihat Dibalik Kebijakan Kenaikan BBM, dalam http://rekammedia.akumassa.org/, tanggal 11 Maret 2012).
Begitu juga dengan pendapat Firmansyah dari Lebak, yang memantau Baraya Post dan Kabar Banten, “Kebergantungan media terhadap isu good governance sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Itu terlihat dari dominasi pemberitaan lebih banyak dari isu-isu lain (Ham, Kriminal, Perempuan dan/atau Anak) yang relatif masih sangat sedikit.” (lihat Loe, Gue End, dalam http://rekammedia.akumassa.org/, tanggal 12 Maret 2012).
Hingga laporan bulanan ini diturunkan, para pemantau dari masing-masing lokasi masih terus melakukan pemantauan terhadap media-media lokal di daerah mereka masing-masing, untuk periode bulan kedua. Hasil pantauan yang mereka lakukan pada bulan lalu, secara umum, telah memberikan gambaran kepada kita semua tentang bagaimana cara para pelaku media mengemas sajian berita, yang ternyata masih jauh dari harapan idiil yang diharapkan masyarakat lokalnya.
mari membaca,,,,,,,,
Salut…kawan-kawan komunitas…! Sebuah informasi penting melihat perkembangan media lokal.
Selamat, teman-teman untuk sebuah permulaan yang baik ini.
tetap smangat untk sbuah prubahan
Selamat, Bro. Well done buat kawan2 akumasa.
Semangat…………………!!
mari membaca… ;D
Canggih…
Informasi yang penting sangat dan begitu hangat. Meski saya belum bisa mencerna secara kritis data-data ini. Pun demikian, sudah bisa menambah pengetahuan tentang sebenarnya apa yang dilakukan media lokal.
Terima kasih akumassa dan para pemantau media yang sangat ciamik dan kritis menyajikan data-datanya.
Menarik banget risetnya, kapan nih presentasi di Banten?
mantap. media lokal berbasis komunitas? asyik, seru dan bisa menegangkan. kalau pemanfaatan media berbasis komunitas bisa otimal, apa hasil paling menggembirakan yg bisa di raih? sebaliknya, apa kita sudah punya catatan tentang penyimpangan penggunaaan media berbasis komunitas ini?
trims atas perhatian dan tanggapannya.