“Pak Udin adalah kakekku yang bekerja sebagai projectionist di bioskop Karia Padangpanjang sejak 1954, berarti sudah 55 tahun ia menekuni pekerjaan itu.” Sepenggal kalimat dari artikel akumassa lalu, yang ditulis oleh Jelitha Ramadhani.
https://akumassa.org/kota/padang-panjang-sumbar/projectionist-di-bioskop-tua-padangpanjang/
—-
4 Juni 2009, Pak Udin telah menghembuskan napas terakhirnya. Kami atas nama keluarga besar akumassa dan Forum Lenteng Jakarta, turut berduka cita atas kepergiannya. Semoga amal baktinya diterima di sisi-Nya.
Selamat jalan Pak Udin.
Selamat jalan Sang Projectionist Agung.
*Pak Udin (memakai topi) ketika akan memberikan sambutan di Pemutaran akumassa Padangpanjang
akumassa
siapa yang akan menggantikan pekerjaan mulia itu? adakah yang mau?
semoga semangatnya tidak berhenti sampai disitu…..
di tanggal 19, pertama kalinya saya ditunjukkan citra sesosok lelaki tua yang selalu diceritakan oleh kawan-kawan dari forum lenteng yang sedang bekerja di padangpanjang. saat itu, saya melihat seorang yang saya kagumi karena dia telah menyajikan ‘dunia’ kepada ribuan orang, yang salah satunya adalah saya, melalui sinema. Di pemutaran akumassa (26 februari 2009), saat itu saya melihat dua hal yang selalu diperdebatkan dalam audio-visual, kenyataan dan ketidaknyataan, dalam satu waktu. Sesekali mata saya menoleh ke layar dan melihat citra Pak Udin yang di tangkap oleh mata kamera melalui video PROJECTIONIST TUA (sebagai ketidaknyataan), kemudian saya menoleh kepada dirinya yang duduk menonton citra dirinya pada layar (sebagai kenyataan). pengalaman itu tentu akan terus hadir pada diri saya sendiri. sebab peristiwa itu telah menjawab pertanyaan besar saya terhadap sinema. namun satu pertanyaan besar lain yang juga penting ternyata tidak akan pernah bisa saya dapatkan jawabannya, sebuah pertanyaan kepadanya, “bagaimana rasanya menonton proyeksi video di ruang sinema anda?”
dan saya pikir, akumassa sedang berusaha menjawabnya . . . terima kasih. selamat jalan Pak Udin. terima kasih atas pertemuan di hulu waktu itu . . .
ketika beliau terbaring dirumah sakit saya masih sempat ada bersama beliau dan istri tercinta yang setia mendampingi…sayang sekali ketika mayatnya terbujur dirumah saya dan teman2 tidak dapat memandang wajah sederhana itu…tugas memanggil di padang….
namun serangkaian do’a slalu terpanjat utknya yang telah menyadarkan kita tentang banyak hal…
pertemuan di rumah sakit saat itu banyak meninggalkan kenangan utk saya dan teman2….
apa yang dapat dilihat..
apa yang dapat dirasakan..
apa yang dapat difikirkan..
apa yang dapat dituliskan..
apa yang dapat dijelaskan..
55 tahun waktu yang sangat lama..
dan bercerita..
tidak pernah ada yang berfikir..
ketika frame bergerak itu diputar..
siapakah yang memutarkannya..
kerutan senja itu semakin tampak..
hingga tempat itu sepi..
ia tidak peduli..
pengabdiannya tidak untuk eksistensi dirinya..
hingga sekali waktu..
akumassa menghampirinya..
tempat itu dipenuhi oleh keramaian massa..
tapi hanya sekali waktu itu saja..
tempat itu kembali sepi..
dan sekarang sepi itu berulang diucapkan..
ia telah pergi..
saya menyebutnya..
pahlawan sinema..
selamat jalan..
pak udin..
ada orang di padangpanjang yang pernah bilang ke saya bersedia menggatikan pekerjaan pak udin, namanya angga, kuliah di stsi, anggota komunitas sarueh dan sekarang menjadi penyiar radio di padangpanjang.
mana tuh orangnya. ayo maju ke depan. buktikan janjimu.
jangan biarkan bioskop karia padam dong.
dia tidak pernah padam selama ini sejak berdirinya,dari masa sebelum kemerdekaan, saat masa jayanya perfileman indonesia, saat runtuhnya kejayaan tersebut,saat di mana-mana terjadi monopoli distribusi film oleh studio 21, sampai saat ini saat film indonesia lebih banyak ditonton dibandingkan film asing,cahaya dari ruang projektor tetap melintas di atas kepala penonton bioskop karia memantulkan sinema di layarnya.
sekarang dia padam…setelah keramaian sempat singgah lagi di sana setelah 20 tahunan hanya satu-dua penonton yang datang bersama akumassa.
dan akhirnya…dialah ikon kota padangpanjang setelah akumassa dibawa ke sana oleh pemuda2 kreatif padangpanjang.
apakah kita akan membiarkan ikon kota padangpanjang ini terus padam?
ada orang di padangpanjang yang pernah bilang ke saya bersedia menggatikan pekerjaan pak udin, namanya angga, kuliah di stsi, anggota komunitas sarueh dan sekarang menjadi penyiar radio di padangpanjang.
mana tuh orangnya. ayo maju ke depan. buktikan janjimu.
jangan biarkan bioskop karia padam dong.
dia tidak pernah padam selama ini sejak berdirinya,dari masa sebelum kemerdekaan, saat masa jayanya perfileman indonesia, saat runtuhnya kejayaan tersebut,saat di mana-mana terjadi monopoli distribusi film oleh studio 21, sampai saat ini saat film indonesia lebih banyak ditonton dibandingkan film asing,cahaya dari ruang projektor tetap melintas di atas kepala penonton bioskop karia memantulkan sinema di layarnya.
sekarang dia padam…setelah keramaian sempat singgah lagi di sana bersama aku massa, setelah 20 tahunan hanya satu-dua penonton yang datang.
dan akhirnya…dialah ikon kota padangpanjang setelah akumassa dibawa ke sana oleh pemuda2 kreatif padangpanjang.
apakah kita akan membiarkan ikon kota padangpanjang ini terus padam?
Teriring dengan do’a semoga amal dan ibadahnya di terima di sisi Allah S.W.T.
-amien-
Saya hanya mengenalnya dengan baik dari video dan catatan kawan sarueh dari Padang panjang.
Saya percaya sewaktu hidup dia tidak mencari orang yang lelah. Mungkin dan semoga penerusnnya muncul dari kawan sarueh.
May ALLAH Bless You Mr Projection!
walaupun hanya bisa mengenal sosok Pak Udin dari tulisan dan foto kawan2 di Padang panjang..jadi terharu bgt..ditambah Comment2 dr kawan2 semua (khusunya Dicky)..jadi makin terharu…
dan walaupun telat untuk mengucapkan turut berduka cita..tapi saya tetap mendoakan semoga Pak Udin masuk surga..Amien ya Allah..
dan semoga ada bujang2 dan anak dara Padang Panjang yang meneruskan pekerjaan beliau yang “memperlihatkan dunia” kepada orang banyak (seperti kata dicky)
Amien..