Jurnal Kecamatan: Kasemen Kota: Serang Provinsi: Banten

Benteng Speelwijk

Memasuki lokasi wisata sejarah di Banten Lama, Serang, rasanya seperti bermain dengan imajinasi akan kemegahan Banten pada masa lalu. Karena di sini kita dapat melihat bangunan-bangunan bersejarah yang memiliki arti penting dalam perkembangan Banten hingga hari ini. Di antaranya, Masjid Agung, Keraton Surosawan, Keraton Kaibon, Waduk Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Pelabuhan Karangantu, Vihara Avalokitesvara dan Benteng Speelwijk.

Salah satu yang sangat indah adalah Benteng Speelwijk. Lokasinya berdekatan dengan Masjid Agung Banten dan Klenteng Avalokitesvara. Tepatnya di Desa Pamarican atau Pabean. Pamarican sendiri berarti Lada dan Pabean berarti pelabuhan.

Aku tidak dapat menemukan tahun jelas dibangunnya Benteng Speelwijk, baik melalui informasi di media maupun di lokasi. Semuanya berbeda. Di sebuah situs online disebutkan benteng ini dibangun sekitar tahun 1585, di situs lainnya dijelaskan benteng ini dibangun pada tahun 1682, kalau pun ada yang menyatakannya secara sama mengenai tahun pembangunan benteng ternyata si penulis mengutip dari situs yang sama dengan yang aku temukan sebelumnya. Sementara menurut warga sekitar yang sedang me-ngangon kambing di dalam kompleks Benteng Speelwijk, bangunan ini dibangun tahun 1672. Semua informasi yang aku tuturkan ini adalah informasi massa, jadi maklum saja jika tak ada kejelasan yang pasti.

Untuk mendapat informasi yang lebih jelas, aku sempat bertanya kepadapara warga tersebut mengenai pemandu wisata untuk benteng ini. Mereka pun menjelaskan bahwa birokrasinya agak sulit karena harus menghubungi pihak Museum Arkeolgi Banten dan pastinya ada upah yang harus dibayar. Sedangkan hari itu sudah terlalu sore dan aku pun tak membawa uang banyak. Akhirnya, aku memutuskan untuk pulang dan memilih mencari informasi di situs resmi provinsi Banten (www.bantenprov.go.id) mengenai kejelasan tahun dibangunnya benteng ini. Namun, hasilnya mengecewakan karena tak ada artikel atau link apapun mengenai Benteng Speelwijk.

Benteng Speelwijk dirancang oleh seorang arsitek bernama Hendrick Lucaszoon Cardeel, yang memeluk agama Islam dan juga menjadi anggota Kesultanan Banten. Nama Speelwijk diambil dari nama Gubernur Jenderal Cornelis Janszon Speelman, sebagai penghormatan untuknya.Ruang bawah tanah

Memasuki wilayah benteng, aku dibuat bingung dengan pintu masuknya, akhirnya aku dan beberapa temanku memilih memanjat temboknya yang sedikit bertingkat. Kaget bukan main ketika kami sampai di dalam ternyata ada beberapa orang anak yang sedang bermain bola, muda-mudi yang memadu kasih, serta para peternak kambing yang sedang mengobrol santai. Ternyata tak perlu memanjat tembok seperti yang kami lakukan, kami tidak mengetahuinya maklum saja tak ada pemandu wisata dan suasana di luar benteng sangat sepi.

Aku tidak begitu mengenali ruang-ruang di dalam benteng ini. Namun, ada satu ruang bawah tanah yang lembab dan gelap yang menurut warga sekitar merupakan penjara tahanan.

Setelah puas berkeliling benteng, aku menghampiri para peternak kambing yang sedang menunggu ternaknya merumput. Setelah bercakap-cakap tentang kambing, akhirnya kami sampai kepada obrolan tentang benteng ini. Menurut mereka, benteng ini sudah beberapa kali ingin dipugar oleh sejumlah kalangan. Terakhir, para arkeolog dari salah satu kampus di Bandung datang untuk meneliti benteng ini dengan maksud pemugaran. “Waktu itu sudah sempat diukur-ukur bentengnya. Tapi kayaknya nggak jadi karena dananya dari pihak asing, para ulama takut dijajah lagi,” jelas salah satu di antaranya.

Pada hari-hari kerja benteng ini sangat sepi pengunjung, hanya warga sekitar yang sering duduk-duduk di balik tembok benteng untuk sekedar berpayung dari panas matahari. Di sore hari para bocah segala usia biasa memanfaatkan ruang dalam benteng yang berumput untuk bermain sepak bola. Para pengunjung sedikit meningkat di akhir pekan, namun mayoritasnya adalah warga sekitar saja.

Setelah puas mengobrol diselingi suara kambing, aku dan teman-temanku menghabiskan waktu untuk foto-foto di area benteng. Mata kami pun tertuju pada benda yang sama, begitu pula penciuman kami. Sungguh mengecewakan pemandangan kami di akhir kunjungan ke Benteng Speelwijk ini, karena di beberapa area benteng terdapat kotoran manusia. Aku tak habis pikir apa yang menjadi kemiripan dari benteng ini dengan kamar mandi umum, sehingga mereka buang air besar di sana. Rasanya benar-benar tak ada. *

___

Foto: Muhammad Hashemi

About the author

Avatar

Mira Febri Mellya

Perempuan kelahiran Jakarta pada tanggal 22 Februari 1990 ini telah menyelesaikan studi strata satu di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta. Sebelumnya ia telah aktif sebagai fasilitator program worskhsop akumassa di beberapa kota bersama komunitas dampingan. Sekarang ia menjadi wartawan aktif di majalah Gatra.

About the author

Avatar

Muhammad Hashemi

Dilahirkan pada tanggal 28 Januari 1989. Ia kuliah di Universitas Ageng Tirtayasa. Selain kuliah, ia juga magang di Fesbuk Banten News sebagai pewarta foto.

5 Comments

  • Benteng Speelwijk atau peninggalan sejarah yg lainnya trkadang banyak sumber yg tidak jelas tahun dan pemeliharaannya disekitar banten itu, dan bukan hanya dibenteng, bahkan di tempat rekrasipun kadang jadi ajang wc umum. salut sama teman2 sebumi..
    terus gali dan tulis ya apa yg ada disekitar banten..
    salam

  • maaf cuma mau tanya aja, koq penjelasan sejarahnya sedikit skali ya??apa memang belum semuanya tertulis??
    ngeliat judulnya gw pikir akan ada penjelasan panjang lebar tentang sejarahnya lalu dibenturkan dengan kondisi benteng itu saat ini,,
    tapi gw salut sm akumassa krn bisa buat tulisan2 seperti ini,,hehee
    semangatsemangat!!

    xoxo

  • sebagai penulis sekaligus pengunjung gw sendiri juga kecewa banget sama informasi yang gw dapat tentang benteng ini. karena memang sukit sekali mendapat informasi sejarah tentang peninggalan sejarah ini, baik dari masyarakat sekitar ataupun di situs resmi Banten sendiri. jadi ya, beginilah adanya.. 🙂

Tinggalkan Balasan ke mas yugo X

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.