Malam itu, Safrol bercerita banyak tentang situasi dan keadaan persepakbolaan di Kecamatan Pemenang. Mulai dari friksi-friksi laten yang masih bersemayam di sekitaran isu sepakbola di kecamatan tersebut, hingga kurangnya perhatian pemerintah dalam mengakomodir potensi-potensi sepakbola lokal di Kabupaten Lombok Utara. Di Pemenang, hampir setiap dusun memiliki klub sepakbola sehingga budaya sepakbola menjadi salah satu aspek yang menarik perhatian beberapa seniman, terutama Asta (sapaan Ahmad). Asta berencana untuk merancang sebuah performans monolog melalui pertandingan sepakbola, di mana komentator pertandinganlah yang melakukan aksi teater monolog tersebut. Tentu saja, peran ini dilakukan oleh warga-warga yang dipilih oleh Asta. Selain tentang sepakbola, Safrol juga bercerita banyak tentang pengalamannya di masa lalu menghabiskan sebagian besar waktunya di Bangsal, salah satunya adalah berlatih sepakbola di pantai. Kenangan ini memicu Safrol untuk turut bersedia berkolaborasi dengan kawan-kawan pasirputih selama tidak ada halangan.
Asta Bertemu Safrol
Malam hari, tanggal 28 Januari, 2016, terjadi perbincangan hangat di Dusun Karang Desa, antara Ahmad Saleh Tabibudin (salah satu seniman, partisipan akumassa Chronicle) dan Safrol (salah satu pemuda yang aktif di persepakbolaan Pemenang). Pertemuan itu juga ditemani oleh Muhammad Gozali (Direktur pasirputih), Muhammad Imran (anggota pasirputih), dan Manshur Zikri (Forum Lenteng). Diskusi tersebut dilakukan dalam rangka mengajak kawan-kawan pecinta dan pemain sepakbola di Pemenang untuk terlibat dalam beberapa kegiatan proyek akumassa Chronicle.