13 Desember 2008
Saidjah Forum, komunitas yang didirikan oleh kawan-kawan dari UNTIRTA (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) pada tahun 2005 adalah sebuah komunitas kecil di daerah Rangkasbitung, daerah yang pernah diperebutkan oleh penjajah terdahulu (Lebak-Banten). Bertempat di Saidjah Forum, di sebuah rumah kecil pinggir sungai Ciujung yang membelah Kota Rangkasbitung. Pembicaraan kecil dimulai sekitar pukul setengah empat sore antar partisipan dan kawan-kawan dari Forum Lenteng. Adel Pasha, selaku mentor memaparkan dengan apa itu akumassa dan mediumnya yang digunakan yaitu, video. Program akumassa ini akan dijalankan selama satu bulan di Rangkasbitung.
Yang menarik dari partisipan muda Kitarung ini adalah mengenai pekerjaannya. Sebut saja Agung Wijayaz (22 tahun), yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga counter telepon seluler yang tinggal mengontrak satu tempat dengan Saidjah Forum, lalu ada Risfa Firdayanti seorang mahasiswi jurusan Bahasa Inggris, semester 2 di STKIP (Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Pendidikan), Santi Susanti yang bekerja menjaga warung kelontong keluarganya. Ada juga Firmansyah seorang penjual ayam potong di pasar, Jaenudin seorang penjaga rental studio musik, Badrul Munir yang mengajar Bahasa Inggris privat, dan Andri (28 tahun) karyawan salah satu bank swasta di Rangkasbitung. Serta kedua orang yang bertanggung jawab atas Saidjah Forum, Helmi Darwan dan Fuad Fauji.
Melanjutkan ke diskusi pada hari perkenalan, kami berbincang mengenai apa itu akumassa, pertama saya dan mentor menjelaskan tentang Forum Lenteng yang membawa program kerja ini, diselingi dengan memperlihatkan beberapa karya Forum Lenteng, dari raut muka para partisipan yang sangat serius dalam menonton, pastilah si partisipan terheran melihat karya yang ‘begini’ yang hampir tidak pernah mereka lihat sebelumnya atau berbeda dengan apa yang sering ditayangkan televisi.
Gerimis hujan tetap menemani perkenalan kami yang dimulai sore tadi. Perbicangan lalu dilanjutkan mengenai akumassa. Perbincangan mengenai ini sangat panjang, beberapa pertanyan bahkan partsipan mengelus jenggot untuk memahami sedikit demi sedikit maksud penjelasan itu.
Di samping kerumitan dalam melihat suatu hal yang baru, gelak tawa juga nampak di sela perbincangan antara kami.