Lenteng Agung, Jakarta Selatan

Acara Pemutaran Video akumassa Lenteng Agung

Sabtu, 19 Juni 2010 lalu diadakan acara pemutaran video sebagai puncak workshop akumassa Lenteng Agung. Workshop ini bisa dikatakan sebagai workshop lanjutan dari akumassa Lenteng Agung sebelumnya. Namun, dengan partisipan yang sedikit berbeda.

Aku sendiri merasa sangat beruntung, karena menjadi partisipan dalam workshop akumassa Lenteng Agung kali ini dan sebelumnya. Workshop kali ini diikuti oleh Dian Komala (Ageung), Manshur Zikri dan aku.

Dalam workshop ini kami menghasilkan 3 karya video, yaitu  Aplusan, Men At Work dan SD Pondok Cina. Ketiga video ini lah yang kami persembahkan kepada para penonton pemutaran malam minggu lalu. Acara pemutaran digelar di teras perpustakaan Forum Lenteng.

Sebelumnya, acara pemutaran video dibuka dengan sesi nonton bareng Piala Dunia Jepang vs Belanda. Acara dimulai tepat pada waktunya, yaitu 18.30 WIB. Belum banyak yang hadir dan ikut serta menonton pertandingan dua negara bekas penjajah kita itu. Mungkin karena hujan yang sebelumnya sempat mengguyur Lenteng Agung dan sekitar Jakarta.

Namun, aku sendiri tak begitu kaget dengan sepinya penonton yang hadir, karena memang publikasi kami lakukan sangat dekat dengan waktu pemutaran. Mungkin banyak dari mereka yang belum melihat dan membaca publikasi, sehingga tak datang. Tapi, show must goes on!

Setelah pertandingan Jepang vs Belanda berakhir dengan skor 1-0 untuk Belanda, acara pun dilanjutkan ke sesi pemutaran video. Yaitu pukul 21.00 WIB.

Ada sedikit cerita sebelum sesi pemutaran video dimulai. Aku, Ageung dan Zikri baru bisa teriak lega sekitar pukul 20.00 WIB, karena sebelumnya kami masih mengkhawatirkan nasib video yang proses ‘export to DVD’ dan burning-nya begitu lama entah kenapa. Mungkin ini juga yang dirasakan kawan-kawan akumassa di daerah lain, ketika menghadapi saat-saat deadline, pikirku.

Video pertama yang diputar adalah Aplusan. Kemudian dilanjutkan dengan Men At Wok dan SD Pondok Cina. Cuaca dingin sehabis hujan ditemani beberapa makanan ringan dan minuman membuat suasana pemutaran video berlangsung hangat dan sederhana.

Aku, Zikri dan Ageung sungguh tak menyangka, pada sesi pemutaran ini justru bangku penonton mulai terisi penuh. Mulai dari kawan-kawan Forum Lenteng, beberapa mahasiswa IISIP,  hingga teman-teman partisipan akumassa dari daerah lain. Di antaranya perwakilan-perwakilan dari akumassa Padang Panjang, Lebak, Ciputat dan Cirebon.

Para partisipan akumassa Padang Panjang, dan Cirebon kebetulan sedang berada di Jakarta karena mereka ikut serta dalam Pameran Seni Rupa, Fixer, yang berlokasi di NAS (North Art Space) Ancol sejak 18 Juni lalu. Maka itu mereka menyempatkan diri datang ke acara pemutaran video akumassa Lenteng Agung.

Setelah 3 video dihadirkan ke mata para penonton menggunakan proyektor, maka masuklah kami pada sesi diskusi. Berbagai pertanyaan, kritik dan saran mulai menghujani kami semua. Aku, Ageung dan Zikri pun langsung mencatat hal-hal yang didiskusikan bersama itu, untuk membantu kami dalam revisi nantinya.

Sebuah kritik dari Bang Hafiz selaku Ketua Forum Lenteng, membuatku tersenyum kecil,

“Kalau dilihat dari konsep-konsep akumassa, video-video ini sudah cukup baik. Tapi sepertinya kalian terlalu patuh dan kaku menerapkannya ke dalam teknis, harusnya bisa lebih fleksibel sehingga gambarnya bisa lebih menarik, asal logika gambarnya tetap sesuai,” jelasnya.

Entah kenapa, komentar itu lucu bagiku. Mungkin karena yang buruk menurutku selama ini adalah yang tidak sesuai dengan aturan yang ada, tapi ternyata yang terlalu patuh dan kaku pun tak baik. Memang sesuatu yang terlalu itu tidak baik. Aku jadi teringat lirik lagu dangdut berlirik “yang sedang-sedang sajaaa…”

Zikri dan Ageung sedang menjawab pertanyaan

Zikri dan Ageung sedang menjawab pertanyaan

Setelah sesi diskusi dan tanya jawab selesai, maka selesai pula acara pemutaran video akumassa Lenteng Agung.

Pemutaran video ini memang berlangsung tanpa sambutan dari Pak RT, Pak lurah, serta acara pementasan apapun. Namun, semua tetap membahagiakan bagi aku dan tentunya Ageung serta Zikri. Apalagi mengingat workshop kali ini berbeda dari workshop-workshop akumassa sebelumnya. Kali ini kami sebagai partisipan lebih punya andil banyak dalam prosesnya, para fasilitator (Otty Widasari dan Riezky Andhika Pradana) hanya memberikan materi, serta mendampingi namun tidak banyak ikut campur. Hal tersebut disengaja, untuk membuat kami lebih mengerti detail proses workshop akumassa dan tidak selalu bergantung dari fasilitator.

Selain itu, kami belajar sesuatu yang sangat berharga saat proses workshop berlangsung hingga ke acara pemutaran. Yaitu, kerja tim.

Mira Febri Mellya

***

Deskripsi 3 Video akumassa Lenteng Agung

1. Aplusan

Kampanye Walikota, spanduk polantas, jalur lalu lintas kendaraan dari Jalan Lenteng Agung dan Margonda, kemacetan, menjadi latar di mana dua pihak berebut tempat untuk melakukan aktivitas dengan latar belakang dan tujuan yang berbeda. Petugas berompi hijau, yang mengemban kewajibban dari Negara untuk mengatur jalan, harus berhadapan dengan para anak jalanan yang ingin mencari makan. Mereka berebut suatu tugas: menertibkan jalan dengan cara yang hampir sama. Polisi lalu lintas dan para Pak Ogah berebut tugas di persimpangan, di bawah fly over, perbatasan Lenteng Agung-Margonda, perbatasan “Kota Satelit” dengan Ibukota.

2. Men At Work
Aroma menusuk mengganggu hidung ketika kita berjalan melintasi jalan di persimpangan menuju Kelapa Dua, tepatnya di sekitar fly over, Depok. Sepetak lokasi dengan segunung sampah menghiasi sisi jalan. Akan tetapi ada beberapa manusia yang setia mengorek sampah untuk didistribusikan ke Bantar Gebang (Tempat Pembuangan Sampah akhir di Bekasi). TPS itu merupakan milik resmi dari RW 1 hingga RW 4, kelurahan setempat. Tetapi masyarakat umum, bahkan yang berasal dari luar kelurahan, mengklaim tempat itu sebagai milik umum. Mereka dengan seenaknya membuang sampah sembari lewat melalui Jalan Akses UI (Universitas Indonesia).

3. SD Pondok Cina

Sebuah kompleks sekolah yang sederhana sudah lama berdiri di sisi Jalan Margonda, tidak jauh dari jembatan penyeberangan yang menghubungkan dua mall besar di Kecamatan Beji. Bangunan ini kontras dengan lingkungan di sekitarnya, yaitu jalan raya dan ruko-ruko. Bangunan tersebut menjadi bagian dari pembangunan kota yang telah digalakkan di Kota Depok dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan. Kompleks sekolah itu adalah SD Pondok Cina.

Manshur Zikri

About the author

Avatar

Manshur Zikri

Lulusan Departemen Kriminologi, FISIP, Universitas Indonesia. Anggota Forum Lenteng, pelaksana Program akumassa. Dia juga aktif sebagai sebagai kritikus film di Jurnal Footage, dan sebagai Kurator di ARKIPEL - Jakarta International Documentary & Experimental Film Festival.

2 Comments

  • Ageung…celananya keren…
    sangat adem kamu terlihat difoto..haha:)
    tapi uni Mere koq g ada fotonya ya.. ?
    oya uni mere..soal aat-saat deadline mo pemutaran klo di Padang Panjang hampir sama dan tidak jauh berbeda keadaannya dengan lanjtuan akumassa Lenteng Agung. Dan lucunya lagi..si Fandi Taufan tiga jam seblum pmutaran yang udah gencar publikasi muter2 Padang Panjang..pakai mobil..dan teriaknya pake TOA. Sedangkan video akumassanya masih di edit. Hehe…
    Om Diki sampai g tidur…
    hehe

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.