Jurnal Kecamatan: Cisarua Kota/Kabupaten: Bogor Workshop Pemantauan Media Berbasis Komunitas

Pelatihan Pemantauan Media Berbasis Komunitas Hari Kedua

Para peserta menyimak materi dari Hikmat Budiman
Avatar
Written by Lulus Gita Samudra

Ayam berkokok tanda pagi menjelang, udara yang dingin membuat peserta sulit beranjak dari tidur yang nyenyak. Dengan wajah yang segar sambil mengusap-usap handuk di kepala, teman sekamar, Manshur Zikri yang berperan sebagai Koordinator Pemantauan Media Berbasis Komunitas, membangunkanku dari tidur. Aku langsung beranjak, tanpa basa-basi segera kuraih handuk dan bergegas mandi.

Sekarang tanggal 3 Februari, berarti agenda hari kedua harus berjalan sesuai waktu yang ditentukan. Setelah sarapan pagi bersama-sama, kami semua segera bergegas ke ruang utama untuk menyimak materi lokalitas yang akan disampaikan Hikmat Budiman.

Para peserta menyimak materi dari Hikmat Budiman.

Direktur Interseksi ini menjelaskan pengertian komunitas, lokalitas, sejarah kajian lokalitas di Indonesia dan situasi isu lokalitas yang sedang terjadi sekarang ini. Ia juga menjelaskan isu lokalitas merupakan bahasan baru di Indonesia, belum mencapai 20 tahun orang-orang membahas hal ini. “Isu lokalitas itu tiba-tiba meledak setelah runtuhnya rezim Orde Baru. Orang-orang daerah yang selama ini kebutuhannya kurang terpenuhi, mulai angkat bicara untuk membahas permasalahan di wilayahnya.”

Otty (kiri) mendampingi Hikmat (kanan) menyampaikan materi.

Setelah materi tersebut, kami juga mendapat pengetahuan tentang Fenomena Media dan Perkembangan Masyarakat di Tingkat Lokal yang disampaikan oleh Ronny Agustinus. Materi yang disampaikan kali ini membahas pemetaan sejarah pers Indonesia dari berbagai macam daerah, suku, dan bahasa beserta tokoh-tokohnya.

Pria yang aktif menulis ini menjelaskan, fenomena jurnalis akar rumput yang biasa disebut blogger memiliki peran penting dalam penyebaran informasi yang independen, bahkan termasuk dalam membentuk opini publik.

Ronny (kanan) didampingi Zikri (kiri) saat menyampaikan materi.

Ia memberi contoh usaha masyarakat Ambon dalam memperbaiki komunikasi antara umat Kristen dan umat Islam setelah pecah perang saudara di sana. “Perdamaian di Ambon bukan hasil kerja media-media lokal mainstream di sana, justru mereka yang mengompori perang. Melalui blog, warga yang menyesal saling berbagi informasi demi terciptanya perdamaian setelah mengetahui banyak korban jiwa akibat perang saudara.”

Di siang harinya aku dan Zikri maju ke depan. Kami menyampaikan materi Pemahaman akumassa dan Metode Pemantauan. Dalam sesi ini aku memberikan pemahaman akumassa kepada teman-teman sesama peserta pelatihan pemantauan media. Aku menyampaikan pengertian, sejarah dan kegiatan akumassa sesuai yang aku ketahui dan pahami selama ini. Untuk pemahaman metode pemantauan, temanku Zikri yang menyampaikannya.

Lulus (kiri) dan Zikri (kanan) menyampaikan materi akumassa dan metode pemantauan.

Usai sholat Ashar materi dilanjutkan oleh Andang Kelana dan Rio dengan materi penjelasan tekhnifikasi website akumassa. Setelah pelatihan nanti, para pemantau memang ditugaskan untuk membuat dan mengunggah narasi kesimpulan hasil bacaan media lokal di masing-masing wilayah.

Andang (kiri) dan Rio (kanan) menjelaskan teknifikasi upload narasi.

Pada sesi ini Forum Lenteng bekerja sama dengan Cipta Media Bersama juga memberikan peralatan hibah kepada para pemantau berupa laptop dan modem untuk mempermudah pekerjaan memantau nanti. Perwakilan Forum Lenteng, Otty Widasari selaku Koordinator Program akumassa memberikan perlengkapan itu satu per satu kepada para pemantau. Tanpa basa-basi mereka langsung membuka kardus coklat yang berisi laptop untuk dicoba. “Asik dapet laptop.” Kata salah seorang pemantau. Melihat hal ini, Andang dan Rio langsung menginstruksikan para peserta untuk mencoba mengunggah narasi pemantauan di website akumassa dengan tampilan yang baru.

Otty (kiri) memberikan laptop dan modem kepada salah satu peserta pelatihan.

Di penghujung malam, agar para peserta tetap segar dan tidak bosan, Forum Lenteng memberikan hiburan ringan. Filem jenis psycologycal horror karya Stanley Kubrick berjudul The Shining dengan kisah pengalaman misteri sebuah keluarga kecil yang sedang menetap di sebuah hotel kosong ini pun disajikan. Sebagian penonton ketakutan, namun sebagian lainnya malah tertawa. Usai filem diputar, satu per satu para peserta beranjak ke kamarnya masing-masing untuk beristirahat. Karena kami akan melanjutkan materi yang tidak kalah serunya di esok hari.

Para peserta mendapat hiburan berupa filem horor.

About the author

Avatar

Lulus Gita Samudra

Lulus Gita Samudra telah menyelesaikan studi Strata Satu-nya di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta. Pria kelahiran Jakarta tahun 1989 ini, juga turut aktif di Forum Lenteng sebagai Sekretaris Redaksi akumassa.org. Sebelumnya ia pernah mengikuti workshop akumassa Depok pada tahun 2011. Kini ia sedang membangun sebuah komunitas berbasis massa di Depok, bernama Suburbia.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.