Jurnal Kecamatan: Tegalsari Kota: Surabaya Provinsi: Jawa Timur

Warung Jember

Warung Jember
Avatar
Written by Pijar Crissandi
Beberapa waktu yang lalu aku dan temanku Yanuar makan di sebuah warung makanan di dekat markas baru kita di Jalan Embong Malang, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Tegalsari, Surabaya. makanan yang ada di sana cukup mahal mungkin karena daerahnya yang berada di tengah kota. Sambil berbincang soal makanan dan harganya, aku jadi teringat dengan warung makanan yang dahulu sering kita kunjungi untuk makan siang. Tempatnya tak jauh dari markas kami yang lama, kita sering makan di tempat itu karena memang harganya terjangkau dan pas dengan kantong mahasiswa seperti kita waktu itu.

Ilustrasi suasana luar Warung Jember

Dahulu kita menyebutnya Warung Jember. Kita menyebutnya demikian karena memang di depan warung tersebut tertulis dengan jelas, ‘WARUNG JEMBER’. Kadang kitapun menyebutnya hanya dengan Jember saja. Maka tak jarang banyak orang yang tidak tahu saat kita ajak untuk makan di sana, mereka kaget, dan bilang,”Wok, adohe nak Njember!“ yang artinya, ” Jauh sekali harus ke Jember!”

Tapi setelah kami tunjukan, tak jarang dari mereka keesokan harinya malah mengajak kita makan di situ lagi. Tak lain karena makan di situ harganya murah. Hanya dengan uang Rp. 5.000 saja kita bisa makan dengan lauk ayam tepung dan segelas es teh manis. Ada porsi makanan dengan harga yang lebih murah lagi. Kita cukup mengganti lauknya jadi dadar jagung, atau tempe, atau tahu, maka harganya jadi Rp. 4.500 plus es teh manis.

Yang menarik selain harganya yang murah dan tempatnya yang tak jauh dari markas, juga berdampak kepada pembelinya. Tak banyak mahasiswa yang membeli makan di situ, padahal lokasi Warung Jember tak jauh dari kampus kita dahulu, yaitu UPN Veteran Jawa Timur. kebanyakan pengunjung Warung Jember adalah kuli bangunan atau kuli panggul dan pekerja kasar yang bekerja di dekat situ. Memang di sebelah Warung Jember ada sebuah toko kelontong yang menyediakan alat rumah tangga dan sembako yang dijual dengan cara grosir atau partai besar. Para pekerja dan kuli panggul dari toko sebelah itu biasanya makan dan menghabiskan waktu istirahat di Warung Jember. Kuli bangunan juga pekerja kasar yang makan di situ adalah orang yang bekerja di daerah komplek di dekat warung.

Kadang memang sembari makan atau selesai makan, mereka duduk sebentar di warung. Pernah secara tak sengaja aku mendengar perbincangan dan tingkah para pekerja-pekerja itu, mulai dari keluh kesah upah sampai keluhan mereka yang kecapekan karena habis bekerja dan panas cuaca Surabaya sangat menyengat. Tak jarang mereka juga ngobrol tentang politik, sepak bola dan banyak hal lainnya. Kadang mereka membicarakan topik yang mereka baca dari koran yang juga disediakan di warung.

Hal-hal itu dahulu memang saya ketahui. Banyak sekali pekerja kasar dan kuli yang makan di situ. Pasti karena harganya yang murah membuat Warung Jember selalu ramai dan lebih bayak didatangi oleh pekerja kasar dan kuli. Selain pembicaraan mereka aku juga bisa melihat dan mencium aroma mereka sehabis bekerja. Kadang mereka tak mengenakan baju, kadang juga mereka dengan badan penuh cat dan semen yang masih menempel di badan. Dengan kulit yang gosong terkena matahari, mereka tetap makan tanpa membersihkannya terlebih dahulu. Dalam hal ini secara tidak langsung, aku dapat mengamati dan menjadi tahu apa yang diperbincangkan serta apa yang dipikirkan oleh para pekerja itu dari hal-hal yang tidak penting sampai menyangkut berita politik. Sesuatu yang saat ini tidak aku dapat dari markas baru karena di sini jarang aku temukan atmosfir dan pemandangan seperti itu.

Sayang sekali dahulu karena sang pemilik selalu sibuk untuk berjualan aku jadi tidak sempat bertanya kenapa diberi nama ‘Warung Jember’. Menurut rumor yang ada memang sang pemilik warung berasal dari Jember. Selain nama, yang  juga ingin aku tanyakan adalah bagaimana cara mereka mengatur keuangan dengan harga murah yang mereka tawarkan di warung itu.

About the author

Avatar

Pijar Crissandi

Dilahirkan di Surabaya pada tanggal 9 Mei 1988. Sekarang sedang menyelesaikan studinya di Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur. Kemudian ia juga sedang bekerja membuat ilustrasi dan Asisstent Boardcasters di Hard Rock Radio, Surabaya.

1 Comment

  • Gambarnya bagus lucu. Kalau kuli panggul lebih membungkuk ya konstruksi badannya? Menarik, Pijar. Kreatif dan….. kereeen!!

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.