Jurnal Kecamatan: Ciputat Kota: Tangerang Selatan Provinsi: Banten

Sayur Trubuk : Sayur Nganten, Sayur Selametan, Sayur Betawi

Avatar
Written by Syaiful Anwar

“Sayur apaan nih Bu?”
“Sayur nganten, biasa untuk orang Betawi”.
“Mau nyobain? Nih, masih ada tinggal dikit…”
“Bentar ya, tupatnya ibu ambilin…”

Itulah sebuah pertanyaan spontan saya ketika melihat semangkuk sayur yang langka dijumpai di kota- kota lain kepada Ibu Apin, pemilik warung yang berada di lingkungan kontrakan saya. Namanya Sayur Trubuk. Biasa disebut Sayur Nganten oleh warga lokal sekitar atau Sayur Selametan oleh masyarakat Betawi.

3

Sayur Trubuk memang sudah populer di masyarakat Betawi sejak masa kolonial dan jaman Si Pitung (pendekar asli Betawi). Bahkan para tentara Belanda di jaman itu pun menyukai jenis sayuran ini. Sekitar tahun 1964 sayur ini semakin terkenal di masyarakat Betawi dengan sebutan Sayur Besan. Sayur ini digunakan sebagai salah satu syarat dalam hajatan untuk melangsungkan akad nikah di masyarakat Betawi. Sebuah tradisi turun-menurun yang sampai sekarang menjadi ciri khas masyarakat Betawi di wilayah Tangerang.

1

Sayur ini menggabungkan empat macam jenis bahan masakan, yaitu trubuk, kentang, bihun atau soun dan petai. Lalu diolah memakai santan, terkadang juga memakai kunyit. Bila dalam hajatan nikah, sayur ini diibaratkan menyatukan cita rasa kedua insan.  Maka, kalau tidak ada Sayur Trubuk dalam akad nikah di masyarakat betawi, selain terasa hampa, si besan akan mendapatkan buah bibir dari warga lokal setempat.

2

trubuk (telur tebu)

Trubuk (telur tebu atau bunga tebu) tumbuh dari tanaman sejenis tebu yang kontet atau kerdil, berdiameter 15-20 mm, tumbuh di sekitar Bogor, Parung, Serpong dan Tangerang. Saat belum dikupas, bentuknya mirip sereh, setelah dikupas mirip putren atau jagung muda (baby corn). Trubuk juga biasa digunakan untuk masak Sayur Lodeh atau Sambal Godog. Tanaman sayur ini berbatang hijau, tidak beruas, isi batangnya berwarna putih, sebesar telunjuk orang dewasa, mirip telur ikan, atau gabus. Sayur yang mempunyai keawetan cukup lama ini, tak mudah dijumpai di banyak pasar tradisional. Salah satu pasar yang menjual sayur ini adalah Pasar Ciputat, karena sirkulasi jalur pengambilan sayur cukup dekat, yaitu ke Parung (Bogor).

Pertumbuhan tanaman tebu kerdil penghasil trubuk bisa dikatakan musiman. Biasanya, sebelum hari raya Idul Adha. Yang disebut oleh masyarakat Betawi sebagai musim hajatan, karena banyaknya orang betawi yang menikah sebelum Idul Adha. Di musim hajatan, harga sayur jenis ini bisa mencapai Rp.25.000 – Rp.50.000, biasanya dijual berupa satu ikat besar, yang terdiri dari 3 ikat sedang. Seikatnya berisi 3 atau 4 batang tebu. Tetapi, jika sedang langka, harga seikat besar sayur ini bisa mencapai ratusan ribu rupiah.

Walaupun Sayur Trubuk merupakan makanan khas betawi, pendatang yang sudah lama tinggal di Ciputat juga bisa memasak jenis sayuran ini. Seperti Ibu Apin, yang asli sunda, namun mahir memasak Sayur Trubuk, karena ia sudah menetap di Ciputat dari tahun 1985 dan menikah dengan penduduk lokal.

About the author

Avatar

Syaiful Anwar

dilahirkan di Jakarta pada 26 Februari 1983. Ia menyelesaikan Strata 1 ilmu komunikasi di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di tahun 2007. Tahun 2010 ia terlibat dalam proyek filem dokumenter Crossing The Boundaries: Cross-Culture Video Project For Peace 2010 bersama Yayasan Interseksi. Tahun 2011, karya videonya menjadi salah satu pemenang kompetisi seni media yang diselenggarakan oleh Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Di tahun yang sama ia menjadi mentor untuk workshop video dalam perhelatan Jakarta 32oC. Ia juga pernah terlibat dalam beberapa pameran fotografi, antara lain; pameran fotografi JEDA di Galeri Cipta III-Taman Ismail Marzuki dan Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta, pada tahun 2006. Kini ia tinggal dan bekerja di Jakarta sebagai Koordinator Produksi di Forum Lenteng. Bersama Forum Lenteng, karya-karyanya telah dipresentasikan baik dalam perhelatan festival filem nasional seperti; Jakarta International Film Festival, Festival Film Dokumenter, maupun dalam perhelatan internasional, seperti International Film Festival Rotterdam, Belanda; Zinebi International Festival Documentary and Short Film of Bilbao, Spanyol; Experimenta, India; Internationale Kurzfilmtage Oberhausen, Jerman. Juga perhelatan seni rupa, seperti Pameran Entre Utopia y Distopia-Palestra Asia di Museo Universitario Arte Contemporaneo, Meksiko tahun 2011 dan 24 Edition Images Festival (Presentasi Khusus), Toronto Free Gallery, Kanada di tahun yang sama. Baru-baru ini berpameran bersama Forum Lenteng dalam Pameran Seni Video “Membajak TV” di Komunitas Salihara dengan karya “Masa Analog, Masa Represi”

10 Comments

  • sebenernya masakan itu sama aja di mana2. waktu saya jalan ke serang, seorang teman memasakkan sayur telur tebu untuk saya. bahkan saya dibekali untuk dibawa pulang ke jakarta. masakan yang dari serang ini dibubuhi udang dan petai di dalamnya. enak sekali. yang membedakan masakan di tiap daerah adalah namanya dan tambahannya. tapi pasti tiap jenis masakan selalu dimasak dengan cara yang sama. misalnya telur tebu, selalu dengan santan karena memang rasanya cocok dengan santan. ayooo wisata akumassa kuliner…

  • cara masak, nama dan penambahannya mungkin sama, kalo di ciputat masakan trubuk ini jadi masakan khas acara hajatan, biasanya kalo ada lamaran warga Betawi.. keluarga sang calon pengantin pria membawa bahan-bahan mentah sayur trubuknya, nah setelah lamaran slesai, bahan mentah ini dimasak oleh pihak yang dilamar.. kata pak ustadz Agus ada filosopinya.. ayoooo…. saya setuju dengan “wisata akumassa kuliner”…

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.