Jurnal Kecamatan: Lemahwungkuk Kota: Cirebon Provinsi: Jawa Barat

Nelayan Bedulan

Avatar
Written by Mahardika Yudha
Kulit Bau amis, terbakar dan berjamur. Mata tajam memandang dengan haus para perempuan yang melintas di dermaga. Tak tahan mulut untuk menggoda sambil mengepulkan asap panjang dari rokok kretek. Sekitar sepuluh awak kapal turun satu per satu dari perahu yang baru merapat, setelah enam bulan melaut. Berjejak kaki dengan pasti tanpa keraguan terombang-ambing oleh ingatan gulungan ombak. Tangkapan ikan hiu, pari, dan tuna yang tersimpan di bawah dek kapal menunggu untuk ditimbang di hadapan tengkulak Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kejawanan, Cirebon.

12 februari 2014_nelayan bedulan_03

12 februari 2014_nelayan bedulan_07

12 februari 2014_nelayan bedulan_02

12 februari 2014_nelayan bedulan_04

12 februari 2014_nelayan bedulan_09

12 februari 2014_nelayan bedulan_08

Sehabis melaut, para nelayan dari kampung Bedulan itu merayakannya dengan bersulang anggur merah dan bir bersama kerabat sesama nelayan dan kuli panggul. Berbagi kisah tentang pengalamannya mengarungi lautan, dan sesekali mengaktualisasi diri dengan berita-berita terhangat di pelabuhan. Seorang nelayan kebingungan, mengapa telepon selulernya hanya bisa mengirim foto dengan layanan MMS (Multmedia Messaging Service) saja, tapi tidak bisa mengirim lagu berformat MP3 ke selular temannya. Si teman menganjurkan untuk menggunakan bluetooth. Namun si nelayan pertama tidak mengerti apa itu bluetooth dan tidak tahu apakah fitur itu tersedia di selular miliknya. Momen itu menjadi perayaan yang dirasa sama sakralnya dengan ‘Nadran’, tradisi masyarakat pesisir pantai utara Jawa untuk memberikan sesaji berupa kepala kerbau kepada laut yang telah memberi berkah untuk hidup mereka.

12 februari 2014_nelayan bedulan_05

12 februari 2014_nelayan bedulan_06

12 februari 2014_nelayan bedulan_11

Kelompok ini adalah satu dari sebagian besar nelayan di Cirebon yang mayoritas berasal dari daerah Bedulan. Orang Bedulan dikenal keras, cepat tersinggung, dan tertutup. Masyarakat Cirebon menganggap daerah itu sebagai daerah rawan kejahatan (Black Zone), walau masyarakat Bedulan sendiri menolak disebut demikian. Perawakan mereka sangat khas, menggambarkan karakter keras masyarakat pesisir, yang tidak mau dirinya disebut sebagai orang Sunda ataupun Jawa, sebagaimana kedua kultur itu saling bersilangan di kota perbatasan Jawa barat dan Jawa Tengah ini. Mereka lebih bangga kalau disebut sebagai ‘Orang Cirebon’. Tak gentar berhadapan dengan tengkulak penguasa Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan yang dilegalkan oleh pemerintah sejak tahun 1976, walau para nelayan itu tahu akhirnya ikan-ikan hasil tangkapan mereka hanya akan diolah menjadi ikan asin oleh ibu-ibu yang menunggu di perusahaan pengasinan ikan.

12 februari 2014_nelayan bedulan_01

___

Artikel ini merupakan bagian dari kumpulan teks-teks akumassa yang pernah dipamerkan dalam bentuk text-image oleh Forum Lenteng pada Images Festival 2011.  Cerita tentang akumassa di Images Festival dapat dilihat dalam tulisan David Darmadi, berjudul Kabar dari Toronto: Pembukaan Pameran akumassa dan Kabar dari Toronto: Malam Penganugerahan Images Festival. Foto-foto yang dimuat dalam artikel ini berasal dari  video akumassa, berjudul “Teman Nelayan”.

About the author

Avatar

Mahardika Yudha

Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Januari 1981. Pernah kuliah di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta pada tahun 2001, namun tidak sampai selesai. Sekarang pria ini aktif di Forum Lenteng pada divisi Penelitian dan Pengembangan (litbang). Selain itu ia juga telah menjadi kurator muda dalam berbagai macam festifal video, baik nasional maupun internasional.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.