Padangpanjang, Sumatera Barat

AKUSTIKA dengan “Nyanyian Alam, Nyanyian Kehidupan”

AKUSTIKA “Nyayian Alam, Nyanyian Kehidupan” itulah tema yang diusung dalam pertunjukan musik yang menampilkan 7 grup Akustik, yaitu RJM (Rimah jo Jariang Matah), The Ramli One Thousand, College Chiken, Tobelecoustic, Art Birama, Bugi Lamo, dan Koczka yang bertempat di Auditorium Boestanoel Arifin Adam Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. AKUSTIKA adalah sebuah pertunjukan musik yang merupakan ujian mata kuliah Praktek Manajamen II Dedi Novaldi (biasa dipanggil Chaink), mahasiswa Jurusan Musik ISI Padangpanjang.

Awalnya saat saya menerima undangan di jejaring sosial Facebook, saya mengira kalau AKUSTIKA adalah sebuah kreatifitas dari teman-teman mahasiswa ISI Padangpanjang, karena tidak adanya informasi yang dituliskan kalau AKUSTIKA merupakan tugas mata kuliah. Namun hal itu tak menjadi soal, sebab ketika saya datang ke sana, di saat Padangpanjang masih setia terhadap dinginnya malam, AKUSTIKA mampu memberikan sebuah semangat untuk memancing kreatifitas yang selama ini [tidak] ada karena terganggu persoalan tugas-tugas kuliah. Selain itu AKUSTIKA cukup sukses sebagai sebuah upaya untuk memediasi atau memberikan sebuah ruang bagi aktifis seni yang memiliki semangat berkarya.

Chaink Novialfi, Pimpinan Produksi AKUSTIKA

Sehari setelah acara, saya menyempatkan diri untuk menanyakan beberapa hal tentang AKUSTIKA kepada Chaink sebagai Pimpinan Produksi AKUSTIKA di Sekretariat HMJ Musik. Chaink mengutarakan bahwa terlaksananya AKUSTIKA, pada 21 Juni 2011 yang bertepatan dengan Hari Musik Internasional, memang diinisiasi oleh ujian mata kuliahnya, tetapi yang lebih dimunculkan ke permukaan adalah HMJ Musik sebagai motor penggerak yang juga dibantu oleh HMJ Televisi Film, dan HMJ Teater. Salah satu keinginannya adalah untuk kembali menciptakan suasana berkreatifitas secara kolektif di lingkungan Civitas ISI Padangpanjang. Acara ini juga bekerjasama dengan Radio Top FM Padangpanjang, Radio Bahana FM Padangpanjang, dan Triarga TV Bukittinggi.

Pada saat pembukaan, Prof. Mahdi Bahar yang merupakan Rektor ISI Padangpanjang, memberikan beberapa kata sambutan, serta menyampaikan apresiasinya atas terlaksananya pertunjukan musik AKUSTIKA. Beliau juga mengajak semua dosen untuk kembali berkarya dan tidak hanya berbicara sebatas teori. Karena hal ini dapat membangun sebuah semangat dan motivasi tersendiri bagi mahasiswa dalam berkarya baik itu sebagai tugas mata kuliah atau kreatifitas di luar proses perkuliahan.

Ada hal yang menarik mengenai publikasi. Tiga hari sebelum acara dimulai di setiap malamnya, Chaink bercerita bagaimana ia bersama panitia penyelenggara lainnya tidak mencetak banner untuk publikasi. Akan tetapi menggunakan medium video yang discrening  pada ruangan terbuka di depan Pondopo. Video yang diputar mulai dari pukul 20.00 WIB hingga pada waktu hanya tinggal panitia saja yang ada di tempat, tidak hanya memutarkan bumper video AKUSTIKA, tetapi juga ditampilkan footage acara dari setiap jurusan di ISI Padangpanjang. Sedangkan durasi untuk bumper AKUSTIKA diletakan setiap pergantian footage dari masing-masing jurusan. Video ini seperti tayangan televisi. Dimana bumper AKUSTIKA dijadikan sebagai iklan, sedangkan footage setiap jurusan sebagai program televisinya. “Dan hal ini dilakukan untuk mengapresiasi seluruh Program Studi Seni di ISI Padangpanjang,” jelas Chaink.

Pemakaian medium video merupakan sebuah tawaran yang cukup strategis untuk mensiasati terlaksananya kegiatan, terutama dalam hal penggunaan dana. Meskipun sedikit kurang efektif, karena jika diputar pada siang hari video yang diproyeksikan dari perangkat teknis berupa in-focus/proyektor, cahayanya akan dihimpit oleh sinar matahari sehingga membuat gambar akan terlihat tidak jelas.

Dinginnya malam mulai terlupakan, penonton yang rata-rata tidak hanya mahasiswa tapi juga dosen serta masyarakat kampus lainnya dengan jumlah yang cukup banyak (tapi saya tidak tahu berapa nominal angkanya) mulai merapatkan diri untuk saling bersinergi di setiap nada-nada yang terdengar.

TJM Rimah jo Jarian Mantah

Menurut pandangan awam saya, secara keseluruhan penampilan dari setiap grup musik memiliki daya tarik dengan karakter yang berbeda. Tapi entah kenapa penampilan ketiga dari grup musik RJM (Rimah jo Jariang Matah) lebih memberikan daya tarik tersendiri di dalam ingatan saya. Para awak RJM digawangi oleh Wendi HS (vocal, dosen Jurusan Teater ISI Padangpanjang), Andy Jeger (vocal, alumni Jurusan Teater ISI Padangpanjang), Syukra (Kazone, alumni Jurusan Kerawitan ISI Padangpanjang), Heri (Gitar, mahasiswa Jurusan Musik ISI Padangpanjang), Alex (Gitar, mahasiswa Jurusan Musik ISI Padangpanjang), dan Keron (Bass, mahasiswa Jurusan Musik ISI Padangpanjang).

Heri Gitar Andi Jeger Vocal Wendi HS Vocal

Grup RJM, saat diawal penampilan, tidak hanya mengundang gelak tawa penonton, tapi juga menyelipkan sebuah pesan dan kepedulian terhadap TKI Indonesia yang telah menyentuh hati nurani seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Ingin marah, tapi Presiden SBY sendiri malah disarankan untuk minta maaf terhadap Raja Abdullah bin Abdul-Aziz As Saud (Raja Arab Saudi) oleh Lily Chadidjah Wahid, Anggota Komisi I DPR RI (antaranews.com 21 Juni 2011). Berikut kritikan yang disampaikan Wendi HS terhadap pemerintahan Indonesia:

“Dalam mencermati perkembangan sosial bangsa kita iniPertama dari perlakuan pemerintahan Australia, yang menghentikan untuk mengeskpor sapi-sapi.Karena mereka melihat ada perlakuanyang tidak manusiswi terhadap sapi.Lalu kemudian kami juga perihatinMembandingkannya dengan pemerintahan Indonesia.Yang tidak mementingkan apa-apa atas perlakuan,negara Arab Saudi terhadap TKI dan TKW”


Selain membawakan dua lagu hasil dari karya RJM sendiri, grup musik RJM mengajak penonton untuk mengingat kembali dan mengenalkan kepada genarasi muda, penyanyi-penyanyi minang yang pernah berjaya pada era 60an-70an, seperti Tiar Ramon dan Elly Kasim. Ada sekitar tiga lagu yang diaransemen ulang oleh RJM, yaitu lagu Pasan Buruang ciptaan Nuskan Syarif dipopulerkan oleh Tiar Ramon, Lah Laruih Sanjo ciptaan Asbon Madjid dipopulerkan oleh Elly Kasim, Sjahrial Jusuf ciptaan Sjahrial Jusuf dipopulerkan oleh Elly Kasim. Dengan suara khas Wendi HS yang agak serak-serak dan karakter musik RJM yang ada unsur rage-nya, lagu-lagu tersebut berhasil menjalin sebuah interaksi dengan penonton.

Sempat terdengar kabar, salah satu karya RJM yang menjadi lagu pembuka berjudul Rang Mudo Aia Aji khusus dibawakan untuk sahabat terbaik RJM. Dan liriknya yang ditulis sendiri oleh Wendi HS dikarenakan rasa rindu vocalis serta para awak RJM lainnya yang sangat mendalam terhadap sang sahabat.

Berikut liriknya yang ditulis dalam bahasa Minang:

Rang mudo Aia Aji (Orang muda Air Haji)

Pai sikolah, kalua dari kampuangnyo (Pergi sekolah, keluar dari kampungnya)Rang mudo Aia Aji (Rang muda Air Haji)

Sukses di rantau urang, tapi nyo lupa babini (Sukses di negeri orang, tapi dia lupa untuk beristri)

Jauh di baliak bukik, di tangah rantau Pasisia (Jauh di balik bukit, di tengah daerah Pesisir)

Tasabuiklah, surang mudo, bacito-cito mulia (Tersebutlah, seorang anak muda, bercita-cita mulia)

Ka sikolah tinggi, tinggi, bia nasibnyo barubah (Ingin sekolah lebih tinggi, tinggi, agar nasibnya berubah)

Nah batambah gengsi, syukur-syukur banyak pitihnyo (Bertambah gengsi, syukur-syukur banyak uangnya)

Jikok disabuik kini, Rang Mudo lah batitel tinggi (Jika dikatakan sekarang, Orang Muda telah bertitel tinggi)

Bailimu co padi, makin barisi makin tunduak (Berilmu seperi padi, semakin berisi semakin rendah diri)

Yo sa-bana elok ati, elok laku jo baiak budi (Sangat baik hati, baik laku dan baik budi)

Sambuah rang padusi, namuah antri ka jadi bininyo (Banyak perempuan, untuk antri menjadi istrinya)

Antahlah, antah, apo nan sadang tajadi ? (Entahlah, entah, apa yang sedang terjadi ?)

Rang Mudo, ampia tuo, badan lah sambok sumbarangan (Orang Mudo, hampir tua, badan sudah semok)

Alun jo tapikia deknyo, untuk iduik barumah tanggo (Belum juga terfikirkan olehnya, untuk hidup berumah tangga)

Mungkin zaman kini, paralu nan lahia dari nan batin (Mungkin zaman sekarang, perlu yang lahiriah daripada batiniyah)

Tiga jam berlalu, setelah selesai menonton pertujunkan musik AKUSTIKA, dinginnya malam kembali saya rasakan hingga sampai ke kamar kos dan membawa sebuah ingatan tentang AKUSTIKA. Selamat untuk seluruh panitia penyelenggara AKUSTIKA, selamat untuk Chaink Noveldi serta sukses atas ujian mata kuliahnya, dan selamat untuk seluruh grup musik yang telah tampil.

Semoga AKUSTIKA akan selalu ada untuk mengapresiasi para pemusik berbakat yang lahir dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Seperti yang diutarakan Chaink, “Semoga akan ada AKUSTIKA berikutnya dengan format yang segar dan lebih kreatif yang diiniasi oleh HMJ Musik ISI Padangpanjang.”

About the author

Avatar

David Darmadi

David Darmadi lahir pada tanggal 7 Desember 1987 di Padang. Kuliah di Institut Seni Indonesia Padang Panjang sejak tahun 2007 dan merupakan salah satu pendiri komunitas Sarueh Padang Panjang. Dia mulai menulis dalam jurnal akumassa.org pada Februari 2009. Ia juga aktif dalam berbagai macam workshop dan pameran video, baik nasional maupun internasional.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.